Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Film "Da 5 Bloods" dan Kisah Kudeta Parpol

4 April 2021   19:17 Diperbarui: 4 April 2021   19:30 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Da 5 Bloods baru rilis tahun lalu. Isi ceritanya tentang veteran Perang Vietnam, berisikan para tentara kulit hitam, yang selamat dalam perang dan kembali ke negara tersebut untuk dua kepentingan; persahabatan dan emas. 

Salah satu pesan menohok dalam film ini adalah sindiran atas realitas di mana-mana, saat kualitas dan integritas seseorang benar-benar diuji.

Pertama, saat sama-sama dalam kesulitan, ada yang di awalnya kian bersahabat erat di kondisi ini, tetapi juga bisa terpecah dalam keadaan begini.

Kedua, saat mereka sama-sama berhadapan dengan "harta karun" berjumlah besar. Sekotak emas yang mereka dapat di tengah situasi perang, disepakati disimpan bersama-sama untuk membantu masyarakat kulit hitam di Amerika Serikat. 

Di situasi itu, ada yang tergoda ingin merebutnya untuk diri sendiri. Persetan soal kepentingan orang banyak. Alhasil, beberapa kali para veteran ini jadi seperti kesetanan.

Mereka sempat berdebat hingga saling todong, dan bahkan memilih mengambil jalan terpisah.

Pemicunya hanya karena perbedaan dalam melihat tujuan awal sejak emas itu ditemukan ketika perang, dan setelah emas itu ditemukan lagi setelah usai perang. 

Saat perang berlangsung, mereka mengubur emas tersebut di satu tempat di pelosok Vietnam, dan baru mereka buru lagi setelah sekian tahun perang itu usai. 

Di samping, mereka juga memburu tempat di mana Norman, komandan mereka, terkubur.

Ada kesulitan pada awalnya. Selain karena kawasan itu sudah dipenuhi semak belukar, juga karena medan pun jauh berubah lantaran dihantam bom napalm.

Belum lagi, setelah emas dan lokasi sang komandan terkubur ditemukan, ada kesulitan lain mereka hadapi. Ya, silang pendapat tentang emas tadi, hingga bagaimana nanti membaginya. 

Harta memang bisa mengubah manusia. Itulah kalimat terucap dari salah satu veteran tersebut, dengan perasaan kecewa. Sebab ia melihat, sahabat-sahabat yang pernah mati-matian bertarung dengannya, telah menjadi layaknya saudara sedarah, justru ada yang berubah serakah.

Veteran yang kecewa ini sendiri akhirnya tewas dengan tubuh tercabik. Ia mati dalam keadaan kecewa. Sebab, ia tak bisa menguasai dirinya yang dibalut oleh perasaan kecewa. Kakinya menginjak ranjau darat, dhuar! Ia tewas di tempat.

Bagaimana Partai Demokrat?

Sejak kali pertama mengikuti isu-isu seputar partai ini, lagi-lagi mengingatkan ke film Da 5 Bloods.

Sebab, isu partai ini dari awalnya acap disesaki dengan kisah-kisah semacam ini. Teranyar, mereka diriuhkan dengan kabar kudeta yang mendudukkan Jenderal Moeldoko sebagai orang nomor satu partai yang identik dengan keluarga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Ada kisah-kisah berbau pengkhianatan, hingga mengancam partai ini sendiri. Sementara di masa lalu, kekuatan partai ini sempat bikin orang-orang "wajah baru" di dalamnya sebagai rising star yang saban hari menghiasi berbagai media.

Bahkan, Indonesia pun sempat berada di genggaman tangan mereka. Di sisi ini mesti diakui, Demokrat dahsyat.

Sayangnya, belakangan ini justru berbagai hantaman melanda mereka. Cuma, lagi-lagi, hemat saya pribadi, alih-alih dibahayakan oleh ancaman luar, ancaman dari dalam justru lebih kencang menghantam.

Ini juga yang kelihatan bikin Demokrat seperti kelimpungan. Ada yang mereka nilai sebagai sahabat, ternyata penjahat. Ada yang mereka anggap sebagai orang yang pantas diangkat tetapi kemudian hari justru bikin mereka tercekat.

Nah, sosok Moeldoko masuk di dalam situasi ini. Ini menjadi keputusan yang dinilai banyak orang sangat tidak tepat.

Alhasil, jika menyimak perbincangan publik di media sosial, Moeldoko menghadapi beragam vonis dari publik. 

Ini tentu saja buruk, apalagi jika melihatnya dari perspektif kemungkinan yang akan terjadi ke depan.

Katakanlah Moeldoko hari ini dianggap sebagai orang dekat Presiden Joko Widodo, namun di kalangan pendukung Jokowi pun bisa saja sangsi atas integritasnya.

Sebab, dengan masuknya nama Moeldoko di tengah kancah pertarungan berkaitan dengan Demokrat, berbagai kesimpulan negatif atas sosoknya dapat saja terjadi.

Misal saja, di tengah kalangan pendukung Presiden Jokowi pun sempat muncul nada sumbang terhadap Moeldoko. 

Pemicunya, lagi-lagi karena mereka menduga Moeldoko dengan ambisinya itu bikin ia alpa mencari cara-cara yang lebih pantas. Terlebih lagi gara-gara kasus tersebut akhirnya justru bikin nama Presiden Jokowi pun ikut terseret.

Makanya sempat ada yang berujar, sebagai seorang jenderal, cara Moeldoko berpolitik cenderung gegabah. Jika keputusan ini terjadi di tengah situasi perang sesungguhnya, orang yang semestinya dijaga dan dilindungi pun bisa ikut mati.

Ya, seperti Norman yang menjadi komandan tim di film Da 5 Bloods. Ia tewas di sana justru bukan karena peluru dari musuh. Norman justru tewas oleh peluru yang berasal dari anak buahnya sendiri. 

Walaupun, di sisi lain, konteks film itu sendiri bisa mewakili kedua kubu di dalam Demokrat saat ini. Entah Moeldoko, atau bahkan SBY sendiri sebagai "komandan" yang sejatinya masih sangat menentukan di partai ini. Menurut Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun