Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Film "Da 5 Bloods" dan Kisah Kudeta Parpol

4 April 2021   19:17 Diperbarui: 4 April 2021   19:30 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harta memang bisa mengubah manusia. Itulah kalimat terucap dari salah satu veteran tersebut, dengan perasaan kecewa. Sebab ia melihat, sahabat-sahabat yang pernah mati-matian bertarung dengannya, telah menjadi layaknya saudara sedarah, justru ada yang berubah serakah.

Veteran yang kecewa ini sendiri akhirnya tewas dengan tubuh tercabik. Ia mati dalam keadaan kecewa. Sebab, ia tak bisa menguasai dirinya yang dibalut oleh perasaan kecewa. Kakinya menginjak ranjau darat, dhuar! Ia tewas di tempat.

Bagaimana Partai Demokrat?

Sejak kali pertama mengikuti isu-isu seputar partai ini, lagi-lagi mengingatkan ke film Da 5 Bloods.

Sebab, isu partai ini dari awalnya acap disesaki dengan kisah-kisah semacam ini. Teranyar, mereka diriuhkan dengan kabar kudeta yang mendudukkan Jenderal Moeldoko sebagai orang nomor satu partai yang identik dengan keluarga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Ada kisah-kisah berbau pengkhianatan, hingga mengancam partai ini sendiri. Sementara di masa lalu, kekuatan partai ini sempat bikin orang-orang "wajah baru" di dalamnya sebagai rising star yang saban hari menghiasi berbagai media.

Bahkan, Indonesia pun sempat berada di genggaman tangan mereka. Di sisi ini mesti diakui, Demokrat dahsyat.

Sayangnya, belakangan ini justru berbagai hantaman melanda mereka. Cuma, lagi-lagi, hemat saya pribadi, alih-alih dibahayakan oleh ancaman luar, ancaman dari dalam justru lebih kencang menghantam.

Ini juga yang kelihatan bikin Demokrat seperti kelimpungan. Ada yang mereka nilai sebagai sahabat, ternyata penjahat. Ada yang mereka anggap sebagai orang yang pantas diangkat tetapi kemudian hari justru bikin mereka tercekat.

Nah, sosok Moeldoko masuk di dalam situasi ini. Ini menjadi keputusan yang dinilai banyak orang sangat tidak tepat.

Alhasil, jika menyimak perbincangan publik di media sosial, Moeldoko menghadapi beragam vonis dari publik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun