Saya rasa tidak perlulah saya rinci kebaikan apa saja yang bisa didapatkan para penulis di sini. Paling tidak, saya pribadi beberapa kali dipercaya jadi pembicara hingga tingkat kementerian (maaf sedikit beraroma pamer), tak lepas dari "habits" (kebiasaan) yang saya asah di Kompasiana; rajin menyimak informasi, rajin memilah informasi, rajin menelaah pola pikir yang berkembang, dan rajin mengasah insting mana informasi yang dibutuhkan banyak orang.Â
Bicara bayaran, terlepas ada keuntungan finansial langsung, entah dari lomba menulis di Kompasiana atau semacam K-Rewards, namun terbukanya pintu ke mana-mana terasa sebagai "bayaran" yang jauh lebih berharga.Â
Kebiasaan baik yang bisa Anda dapatkan dan tumbuhkan lewat menulis di Kompasiana bisa dikatakan sebagai salah satu kunci penting. Bukan cuma kunci yang membuka pikiran Anda, namun juga menjadi kunci yang membuka pintu ke tempat-tempat lebih baik dalam kehidupan Anda.
Seringnya "bayaran" itu tak terduga-duga. Mungkin itulah kelebihan kebaikan, hampir selalu mendatangkan kebaikan yang lebih besar. Apalagi semakin banyak kebaikan Anda sebar untuk banyak orang, semakin banyak lagi bisa Anda dapatkan.Â
Menulis itu sebuah kebaikan. Kecuali jika Anda hanya menulis berisikan banyak hal yang hanya berisi celaan hingga tulisan buruk lainnya, tentu saja tak bisa dikatakan kebaikan.Â
Soal ini, saya sendiri pun terkadang punya tulisan buruk, entah isinya atau pesannya. Hasilnya, memang buruk, entah untuk orang lain, atau juga untuk diri sendiri.
Ringkasnya, baik buruk apa yang Anda dapatkan sangat bergantung pada baik buruknya apa yang Anda beri.Â
Menulis adalah memberi. Terlepas dengan segala keterbatasan, saya dan Anda, pernah berbagi hal buruk, bisa jadi, namun tak lantas menutup kesempatan untuk membagikan hal-hal lebih baik.Â
Kejujuran. Nah ini nilai lain yang akhirnya bisa dilatih dan didapatkan dari kebiasaan menulis, sebagaimana Anda biasa menulis di Kompasiana atau di mana saja.Â
Kejujuran itu juga yang akhirnya membantu seorang penulis untuk lebih jernih membaca diri, jernih membaca sekeliling, hingga jernih membaca berbagai peluang.
Semakin jernih melihat banyak hal biasanya tak lepas dari semakin akrabnya seseorang dengan kejujuran.Â