Lebih dari 50 penulis Kompasiana meramaikan bangunan tua Museum Bank Indonesia, Jumat 25 Oktober 2019. Bangunan museum itu sendiri memang sudah berubah jika dibandingkan dengan awal berdirinya, dari De Javasche Bank menjadi Museum Bank Indonesia, di Kota Tua, Jakarta Barat.
Namun ada hal yang tidak berubah jika dikaitkan dengan para penulis Kompasiana (Kompasianer), yakni antusiasme dan gairah untuk bersilaturahmi dan berdiskusi.Â
Meskipun Kompasiana sendiri sudah berusia 11 tahun, atau memasuki usia baligh, namun kegembiraan yang sempat saya lihat 10 tahun lalu -saya mulai menulis saat Kompasiana baru berusia satu tahun- masih mengental hingga hari ini.Â
Seakan ada keseiramaan antara Museum Bank Indonesia yang menjadi lokasi acara, dengan para Kompasianer. Museum ini kokoh meski telah berusia ratusan tahun, dan kekokohan itu juga seakan menyatu dengan para penulis Kompasiana.Â
Semestinya, entah pengelola Kompasiana atau para penulisnya dapat menyerap pesan yang diberikan tembok-tembok bisu museum yang menyimpan sejarah panjang ini.Â
Pesan itu adalah mampu bertahan lama, mampu menyelaraskan diri dengan zaman, tetap menampilkan kekhasan, dan tidak rontok meskipun zaman berganti. Di samping, juga menjaga kekokohan meskipun harus menghadapi berbagai macam musim.
Setidaknya, kekokohan museum itu, hingga hari berkumpulnya para Kompasianer di Museum Bank Indonesia memang menyatu dengan puluhan tamu dari para pecinta penulisan tersebut.
Ya, kehadiran saya dan puluhan Kompasianer ke Museum Bank Indonesia kali ini memang bukan atas nama Kompasianer atau Kompasiana saja. Namun, ada Bank Indonesia sebagai tuan rumah.Â
Meskipun begitu, para Kompasianer sama sekali tidak diposisikan sebagai "orang asing" di sana. Melainkan disambut tak ubahnya pemilik rumah, yang pulang ke rumah sendiri.
Apalagi, di acara kali ini juga terdapat Direktur Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan, yang terkenal "gila nulis" dan terbilang getol menulis di Kompasiana sejak tahun pertama platform media warga ini berdiri.Â
Ia pun tampil berbicara di sini sama sekali tidak berlagak pejabat sebuah bank sentral, melainkan benar-benar berbicara selayaknya sahabat yang bersua sahabat-sahabatnya.