Pendekar dari Gua Hantu. Di kalangan pecinta cerita silat, nama pendekar ini hampir tidak ada yang tidak mengenalnya. Ia memang hanya tokoh fiksi, namun Gua Hantu itu sendiri sama sekali bukanlah fiksi.
Di Kepulauan Kei atau Maluku Tenggara, gua tersebut benar-benar ada.Â
Namun, penamaan gua itu sendiri mengikuti bahasa sehari-hari masyarakat Kei sendiri; Gua Hawang. Hawang itu sendiri berarti hantu. Mistis, namun juga memberikan kesan eksotis.
Mistis, karena dari namanya saja sudah berbau misteri, hantu atau sesuatu yang menyeramkan. Meskipun begitu, sejatinya tidaklah seseram wajah hantu yang buruk dan menakutkan. Justru, di sinilah Anda bisa menemukan keindahan yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.
Bukan sekadar gua, dan juga tidak hanya satu gua saja. Melainkan ada dua gua, dan antara satu gua dengan gua lainnya tersambung oleh terowongan kecil di bawah air.Â
Pun, air yang terdapat di sana benar-benar bening kebiruan. Sejuk, indah, tenang, dan memancarkan hawa damai bagi Anda yang berada di sana. Tidak heran jika di masa lalu, gua tersebut menjadi salah satu tempat untuk melakukan pertapaan atau semadi.Â
Kebetulan, saya dan teman-teman satu rombongan dari Jakarta sesama Kompasianer petualang, Yayat dan Tommy Bernardus, datang ke lokasi, Minggu (13/10/2019) saat belum diramaikan oleh pengunjung. Jadi, ketenangan tempat tersebut benar-benar sangat terasakan.
Seakan ada gambaran dari kekuatan sekaligus kedamaian yang dibawa para dewa yang pernah dipuja para leluhur masyarakat Kei. Tenang, namun dalam. Sejuk namun menggairahkan.
Tak hanya itu, namun di balik keteduhan Gua Hawang tersebut, juga terdapat legenda tentang pemburu dan dua anjing yang menjadi batu.
Boby Far-Far, 35 tahun, berkisah tentang legenda yang sangat terkenal di tengah masyarakat Kei tersebut. "Dulu, ada pemburu yang memang dikutuk jadi batu bersama kedua anjingnya," kata pemuda yang juga aktif mengenalkan Kei lewat media sosial tersebut.Â
"Gara-garanya cuma karena kelelahan berburu, namun tidak kunjung mendapatkan hasil, kehausan dan ia menemukan tempat ini. Namun setelah air diminum justru airnya pahit, hingga ia lantas dikutuk jadi batu," Boby bercerita.