Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sebuah Kesaksian di Balik Cerita Damai di Stasiun Kereta

13 Juli 2019   15:24 Diperbarui: 14 Juli 2019   02:39 6226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mereka menapaki jalanan bersama, membawa pesan kebersamaan yang akan menguatkan negaranya - Foto: KSP

Ya, persaudaraan sudah menyatu dengan ruhnya. Begitu juga ruh ini pun belakangan menyatu dengan sosok Prabowo yang menjadi rivalnya. Keduanya sama-sama sepakat, seperti penuturan Prabowo sendiri, bahwa terlepas siapa yang menjadi pemenang, namun semuanya adalah jalan untuk pengabdian. Pertarungan yang ada adalah pertarungan untuk membuka kesempatan mengabdi. 

Mereka menapaki jalanan bersama, membawa pesan kebersamaan yang akan menguatkan negaranya - Foto: KSP
Mereka menapaki jalanan bersama, membawa pesan kebersamaan yang akan menguatkan negaranya - Foto: KSP

Hari ini, keduanya sudah menegaskan sebuah fakta yang tidak diduga oleh banyak orang. Bahwa persaingan tidaklah benar-benar sebuah permusuhan. Persaingan bukanlah untuk saling menghancurkan. Persaingan justru menjadi semangat untuk bisa saling memperbaiki, karena keyakinan bahwa bangsa dan negara ini hanya akan semakin baik ketika persaingan terbiasa dihadapi dengan tekad bersaing dalam menebar kebaikan. 

"Jadi Saudara-saudara, saya sangat setuju. Sudahlah, tidak ada cebong-cebong, tidak ada kampret-kampret, semuanya Merah Putih,"sebagai pesan damai yang kental dari Prabowo. Menyahuti Jokowi yang lebih dulu membawa pesan tersebut untuk kebaikan negara. 

Jokowi juga menegaskan sikapnya dalam melihat makna persaudaraan dan persatuan. "Marilah kita rajut, kita gerakkan kembali persatuan kita sebagai sebuah bangsa," katanya.

Ia mengajak melihat, bahwa sebagai bangsa, lawan sesungguhnya adalah dunia luar yang berlomba-lomba menjadi negara terdepan di panggung dunia. "Karena kompetisi global, kompetisi antarnegara semakin ketat sehingga kita memerlukan sebuah kebersamaan dalam memajukan negara ini dalam membangun negara yang kita cintai ini." Ya, itulah pesan petahana yang kembali dipercayakan mayoritas rakyat untuk memimpin negeri ini.

Terima kasih Jokowi. Sebagai salah satu pendukung Anda, saya juga merasakan berbagai kepahitan dan "pukulan" tetapi tentu saja yang saya dan teman-teman pendukung Anda tidaklah merasakan beban seberat Anda pikul. Tidak sulit bagi Anda untuk memaafkan mereka, tentu saja tidaklah sulit bagi kami untuk juga memaafkan mereka. 

Terima kasih Prabowo. Meskipun saya pribadi memilih berseberangan, namun tetap mengakui bahwa jiwa besar Anda hari ini sangat pantas dikenang dan diingat, karena keyakinan kami bahwa negeri ini takkan hancur, akan baik-baik saja, semakin teryakinkan. 

Kemenangan memang bukan untuk menghancurkan atau menghina lawan. Kekalahan pun bukanlah sebuah kehinaan. Kebaikan yang dibawa dalam kondisi apa pun tetaplah sesuatu yang sangat berharga. Kalah dan masih mampu membawa pesan baik, itu adalah kemuliaan.*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun