Maka itu di tengah iklim demokrasi yang dapat dikatakan bagus, dan kondisi bangsa yang tidak mengalami tren semacam yang terjadi di era Orde Baru, ide Amien Rais terbilang mubazir. Bahkan, ia cenderung membenturkan sesama anak bangsa, hanya untuk memaksa satu pihak dapat berkuasa dengan segala cara.
Maka itu, dengan kecenderungan Amien Rais bersama pemikiran teranyarnya yang gemar membenturkan tersebut, rasanya wajar jika semakin banyak orang bertanya-tanya; masih pantaskah ia disebut sebagai guru bangsa?Â
Bahkan, tak sedikit yang merespons itu dengan nada meratapi, bahwa dia bukan lagi guru bangsa. Maka, rasanya belum terlambat juga jika kembali berharap ia dapat kembali berperan sebagai guru bangsa. Seorang guru yang semestinya bisa mencerdaskan anak-anak didiknya dengan pikiran baik dan contoh-contoh yang juga baik, hingga negerinya bisa benar-benar lebih baik. Semoga.***