Persoalannya, ketika perjalanan sudah diatur, ke mana tujuan dan arah dari sebuah perjalanan sudah ditentukan, kondektur yang belum pernah duduk di belakang setir pun merasa lebih paham segalanya daripada siapa di balik setir. Alih-alih membantu perjalanan, para kondektur pun lebih banyak menunjukkan hasrat membantai sopirnya sendiri.
Sejauh ini, sopirnya terlihat masih bisa fokus membawa "kendaraan" di tangannya menuju tujuan direncanakan. Namun masih ada saja yang mengusik perjalanan, hingga berujung kegaduhan di dalam kendaraan itu sendiri.Â
Ketika perjalanan tersendat, kendaraan tidak berjalan semestinya gara-gara keributan tanpa henti dari orang-orang di dalam kendaraan itu sendiri, lalu yang jadi penumpang hanya melempar kesalahan, lha piye? Mbuh.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI