Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Melihat Jokowi Bekerja dalam Badai Sepanjang Tahun

31 Desember 2018   23:18 Diperbarui: 31 Desember 2018   23:27 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini, orang-orang banyak dianggap heroik hanya sekadar karena kemampuan mengolah kata-kata, membius telinga, dan menipu mata dengan retorika. Pemerintahan hari ini, mengubah pandangan itu. Bahwa heroisme bukan lagi sekadar pada bagaimana berbicara, tetapi pada bagaimana bekerja, dan apa yang bisa dihasilkan dari apa yang dikerjakan.

Itu juga yang ditularkan hingga ke desa-desa. 

Sebut saja Dana Desa, yang selama ini gencar digalakkan Pemerintah, lebih diarahkan pada bagaimana membuat uang berputar di desa, mengembangkan desa, dan membawa keuntungan untuk desa. Tidak itu saja, namun supaya semangat bekerja dan berkeringat yang membuahkan hasil yang jelas pun ditularkan ke desa-desa.

Bahkan, untuk memastikan pembangunan itu merata hingga ke pelosok desa, alokasi dana yang sudah dikucurkan pun tak kurang dari Rp 60 triliun. 

Saat saya ke Aceh beberapa waktu lalu, awal Desember, ke pedesaan Nagan Raya yang berjarak 400-an kilometer dari Banda Aceh--ibu kota provinsi--saya dapatkan pengakuan dari sejauh mana mereka merasakan hasil pemerintahan hari ini. 

Zahri (40 tahun), salah satu warga di Gampong Blang Mulieng, dengan kejujuran khas warga desa berujar, "Ya, dari dana itu kami dapat merasakan pembangunan hingga ke gampong. Bukan dana kecil, karena kami bisa menggunakan dana yang ada untuk membangun apa-apa yang kami butuhkan sebagai warga gampong. Kami sebagai penduduk bisa bekerja dan mendapatkan upah dari dana itu, jadi uang itu mengalir dan berputar di gampong kami."

Menurut pengakuannya, apa yang dirasakan dari Dana Desa sejauh ini adalah pemerintah memberikan "kail" kepada masyarakat di desanya--sebagai pengibaratan. "Jika diberikan 'ikan' pastilah ikan itu akan habis begitu saja. Sedangkan ini kami merasa ditantang dengan mendapatkan 'kail' yang dengannya kami bisa mendapatkan ikan yang kami mau. Bukan cuma untuk kami, tetapi juga kelak untuk anak-anak kami."

Ya, itu hanya gambaran, namun setidaknya dapat menunjukkan sejauh mana manfaat dari kebijakan yang telah dijalankan oleh seorang pemimpin yang--mengutip Adian Napitupulu--lahir dari rahim rakyat dan yang sudah menghirup aroma keringat rakyat. 

Bahwa dengan semua keringat yang sudah dikucurkan habis-habisan hingga tahun demi tahun berakhir, namun tetap berbuah cibiran tanpa akhir, tetap ada yang takkan berakhir: jejak demi jejak yang telah ditorehkan dari sudut ke sudut Tanah Air.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun