Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saat SBY Merasa Perlu Menjewer Prabowo

20 November 2018   08:37 Diperbarui: 20 November 2018   09:01 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan SBY dengan menyebutkan bagaimana dua periode Pilpres pernah dijalaninya (dan selalu dimenangkan), cukup untuk membuka mata mereka di koalisinya tersebut. Sayangnya, karena akhirnya sejawatnya di koalisi tersebut belakangan memang semakin terlihat baper dibandingkan dirinya, maka mereka akhirnya secara malu-malu "menyingkirkan" SBY dan Demokrat.

Sebagai orang yang berkarier di militer dan mampu mencapai puncak kariernya sebagai jenderal--sesuatu yang faktual tidak terjangkau oleh Prabowo--SBY tentu saja merasa lebih kredibel untuk melihat dan berbicara, juga untuk menunjukkan bahwa ia bukan tak mampu mencium gelagat-gelagat yang ada. Inilah yang juga ditegaskannya lewat pernyataan-pernyataan di twitter tersebut.

Maka itu belakangan muncul lagi pernyataan bahwa SBY dan Demokrat baru akan sepenuhnya turun tangan di bulan Maret tahun depan, atau di detik-detik terakhir menjelang Pilpres 2019. 

Jika ditilik, satu sisi penegasan teranyar ini memang menjadi sebuah sikap "superior" dari sebuah partai yang memang berpengalaman dalam memenangkan kontestasi sekelas Pilpres. Di sisi lain, juga menjadi "jeweran" dari seorang pemenang terhadap orang-orang yang hanya berambisi untuk menang, namun malas untuk bekerja. 

Bagaimana tidak dikatakan malas, jika Prabowo sendiri lebih banyak bermain di "istana" dimilikinya, dan hanya muncul sesekali ke publik. Sedangkan yang dikerahkan hanyalah orang-orang yang hanya menjadi "tim hore" dari Ratna Sarumpaet hingga Fadli Zon yang lebih banyak melahirkan lawakan hingga berujung tertawaan alih-alih membuat rakyat berpikir dan menimbang bahwa jagoan mereka pantas dipilih.

Ringkasnya, di sinilah SBY menjewer seorang jenderal tanggung bernama Prabowo. Bahwa jika Anda ingin berkuasa untuk rakyat, jangan terlalu sibuk tidur di istana sendiri sambil berkhayal dapat menguasai istana negara. Sebab, mau tak mau harus diakui, hanya Joko Widodo yang acap dituding planga-plongo yang lebih sering turun ke tengah rakyat, meninggalkan istananya untuk meyakinkan rakyat bahwa dia bertarung bukanlah untuk istana itu, melainkan untuk rakyat.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun