Maka itu, apa yang selama ini diperjuangkan oleh Rizieq Shihab terbilang sangat remang-remang. Sulit untuk diraba ke mana arahnya, dan sejauh apa kebaikan yang bisa dibawa jika perjuangannya berhasil, untuk banyak orang.
Ia mungkin akan mendapatkan popularitas, dan pamor yang mungkin tidak terbatas, namun itu menjadi tidak berguna, karena popularitas dan pamor dimiliki itu hanya ditujukan untuk sesuatu yang terbatas, sempit, dan hanya menguntungkan segelintir kalangan.
Jika mengatakan pergerakannya menguntungkan umat Islam, pun masih bisa dibantah. Sebab banyak pergerakan lain yang lahir di tanah air mampu melakukan sesuatu yang jauh lebih agung. Sebut saja Muhammadiyah yang masih mampu menunjukkan kelebihan mereka dalam membawa perubahan dengan konsentrasi mereka pada pendidikan dan pemberdayaan umat.
Atau, organisasi lain seperti Nahdlatul Ulama yang lebih memilih pendekatan-pendekatan moderat, memperjuangkan nilai-nilai humanisme, hingga berkontribusi di dunia pendidikan.Â
Organisasi-organisasi tadi lebih mampu membawa dampak. Manfaat dari kehadiran organisasi itu jauh lebih terasa oleh masyarakat banyak.
Sebab nilai yang diperjuangkan organisasi-organisasi tadi cenderung berangkat dari prinsip bahwa kebaikan harus diusung dan diperjuangkan dengan cara-cara baik. Inilah yang belum cukup terang terlihat dari gerakan Rizieq Shihab dengan Front Pembela Islam atau organisasi pendukungnya seperti Laskar Pembela Islam hingga Gerakan Nasional Pembela Fatwa.Â
Jika saja mereka bisa bertransformasi dari semangat berapi-api yang justru rentan membakar dan merusak, menjadi gerakan yang mampu menghidupkan kebaikan dengan cara baik, saya termasuk yang yakin bahwa Rizieq Shihab akan menjadi tokoh yang istimewa. Ia takkan hanya menjadi tokoh yang hanya dikenal di dalam negeri tanpa respek di luar negeri. Ia bisa menjadi tokoh yang dapat membawa kebaikan besar, kalau saja ia mengawali dengan ide besar, bahwa kebaikan itu harus menjadi milik siapa saja tanpa terpagar oleh agama, suku, dan ruang-ruang sempit yang ada.
Sayangnya, kasus bendera Hizbut Tahrir baru-baru ini pun lagi-lagi menjadi sinyal bagi Rizieq Shihab, bahwa ia tidaklah memperjuangkan kebaikan besar, melainkan hanya sedang bekerja untuk membesarkan namanya saja. Ia meminta banyak orang di negerinya, Indonesia, untuk mengibarkan bendera Hizbut Tahrir yang diklaim sebagai bendera tauhid, namun ia sendiri menampik sekeras-kerasnya ketika bendera itu terdapat di tembok rumahnya.
Di sinilah kualitas sebenarnya dari seorang Rizieq Shihab makin disangsikan oleh banyak orang. Terlepas, bagi para pengikutnya, ia masih menjadi sosok yang suci sesuci pakaian putih yang gemar dikenakannya. Bagi mereka, baju putih itu lebih dari cukup untuk meyakini kesuciannya, tanpa peduli hitam tidaknya sesuatu yang ada di balik segala pakaian yang membalut tubuhnya: isi pikiran dan hatinya.***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H