Meskipun kepahlawanan tak menuntut popularitas, namun umumnya pahlawan memang mampu membawa banyak pengaruh. Setidaknya itulah yang tertangkap dari berbagai catatan seputar cerita kepahlawanan. Terutama, tentu saja pengaruh baik, dari bagaimana melawan kebatilan, hingga bagaimana menghapus penindasan dan penjajahan.
Bagi saya, pahlawan bukan saja cerita tentang masa lalu. Terlepas dari banyak pahlawan memang banyak hidup di masa lalu, namun mereka juga adalah pembawa pesan untuk masa depan.Â
Apa hubungannya obrolan tentang kepahlawanan dikaitkan dengan Rizieq Shihab?
Pertama, tentu saja karena sosok yang terkenal sebagai ikon Front Pembela Islam (FPI) ini dapat dikatakan sebagai sosok yang sangat berpengaruh. Terlepas kualitas isi pernyataan-pernyataannya sebagai "tokoh", namun selama ini terbukti bahwa apa saja yang diungkapkan olehnya, mampu membawa pengaruh besar.
Demonstrasi berjilid-jilid menjadi salah satu bagian pengaruh dari sosok yang acap mengklaim dirinya sebagai keturunan Nabi Muhammad tersebut. Sebab, tampaknya pengaruh dari klaim itu juga terbilang sangat berdampak ke benak hingga emosi publik. Tak terkecuali di tengah riuh bendera yang konon adalah benderanya Nabi Muhammad, lagi-lagi dia pun terlibat di sana.Â
Setidaknya, dalam gonjang-ganjing bendera yang juga menjadi simbol organisasi terlarang seperti Hizbut Tahrir Indonesia, dari luar negeri pun Rizieq menunjukkan dukungannya kepada bendera tersebut. Bahkan dia pun turut mengklaim bahwa itu adalah "bendera tauhid" hingga semakin memicu keyakinan banyak orang bahwa ini adalah bendera sakral.
Bahwa kemudian saat bendera itu tertempel di tempok kediamannya di Arab Saudi, justru Rizieq Shihab berusaha menampik dan mengingkari bahwa itu adalah bendera tauhid yang dipasang oleh orang-orang yang punya maksud buruk kepadanya, itu juga menjadi kisah tersendiri.
Setidaknya dari sana bisa ditemukan sebuah cerita bagaimana orang yang sekadar dipahlawankan dan benar-benar pahlawan. Akan luar biasa jika kepahlawanan itu ditampilkan oleh Rizieq.
Kenapa saya bilang begitu, karena sebelumnya, dari Arab Saudi yang bersangkutan sempat mengirim pesan ke Tanah Air untuk mengibarkan itu di setiap rumah. Dalihnya untuk menunjukkan dan mengukuhkan kemuliaan bendera tauhid.
Namun saat bendera itu terpasang di kediamannya sendiri, ndilalah kok malah yang bersangkutan terlihat kelabakan dan melempar tudingan ke sana ke sini, seolah itu adalah sebuah aib? Inilah yang mengundang tanda tanya di benak banyak orang. Setidaknya itu juga terpampang dari ujaran-ujaran yang muncul di media sosial.
Bagaimana bisa, ada orang yang berdiam di luar negeri, namun merecoki agar bendera itu dipasang di semua rumah umat muslim di Tanah Air. Sedangkan saat bendera itu sendiri ada di kediamannya di luar negeri, ia justru menampiknya sebegitu kencangnya.
Manalagi ditambah oleh suara-suara dari para pengikutnya, bahwa Rizieq Shihab telah menjadi korban fitnah lagi. Ia hanya menjadi korban dari "sebuah permainan", agar ia terjerat oleh "bendera tauhid" yang justru terlarang di negara yang kini menjadi tempat tinggalnya.
Ada banyak kejanggalan, tidak masuk akal, hingga mengundang banyak pertanyaan.
Semestinya jika ia meyakini itu adalah bendera tauhid yang dihormatinya, sakral, semestinya tak perlu mempersoalkan ketika bendera itu terpasang di rumahnya di Arab sana. Lha, ini adalah bendera sakral. Kok, ya, bendera sesakral ini justru diingkari sendiri olehnya. Tak lagi terlihat sebagai kebanggaan seperti saat ia menyuarakan agar bendera itu dipasang di Tanah Air.
Kok makin ke sini makin tertangkap kesan, bahwa ia begitu menghormati aturan di negara lain yang melarang bendera yang dianggap beraroma radikalisme, namun justru mencemooh aturan di negeri sendiri di mana ia lahir dan pernah hidup dalam waktu lama?
Nah, di sinilah hubungan dengan cerita kepahlawanan tadi. Sejatinya, para pahlawan adalah mereka yang tidak berlagak pahlawan, namun mampu melakukan banyak hal selayaknya seorang pahlawan.
Jika membaca-baca cerita dan biografi para pahlawan, mereka juga banyak yang berasal dari kalangan orang-orang saleh. Namun mereka tidak membenturkan agama dengan negara.Â
Para pahlawan itu bahkan mampu melakukan transformasi agar kebaikan dalam agama untuk melahirkan banyak kebaikan lainnya dalam realitas. Salah satunya, mencintai negara, menghormati aturan negara, dan memperjuangkan negara mereka.
Para pahlawan itu tak membenturkan agama dengan negara. Bagi mereka, dapat melakukan kebaikan untuk negara, adalah bukti dari bagaimana mereka menerapkan pesan-pesan agama yang melarang tegas sikap-sikap khianat, sikap-sikap hasut, dan merusak.
Dalam kasus Rizieq, ada beberapa hal yang kontradiktif lantaran justru menjadikan isu berbau agama untuk melahirkan percikan-percikan emosi, yang justru membuat sebagian masyarakat membenci negara mereka sendiri. Ini jelas memiliki muatan merusak.
Bisa Anda bayangkan bagaimana nasib negara-negara yang tak mendapatkan kecintaan dari masyarakatnya sendiri. Yang terjadi adalah perusakan terhadap negara itu sendiri; dari tidak ada beban saat menggerogoti uang negara, hingga membuat masyarakat di dalamnya saling bermusuhan.
Perang seperti itu jelas tak bisa disamakan dengan perang yang pernah melibatkan banyak pahlawan yang nama mereka diukir dengan emas dalam sejarah bangsa mereka. Sebab para pahlawan itu berperang justru untuk membantu masyarakatnya terbebas dari penjajahan, penindasan, dan kezaliman.i
Sementara setelah mereka berhasil membebaskan negerinya dari penjajahan hingga penindasan, maka upaya-upaya yang mengarah kepada penindasan lainnya bisa saja disebut sebagai pengkhianatan atas perjuangan para pahlawan. Apalagi semakin ke sini, "pengkhianatan" ini semakin terlihat dari upaya-upaya untuk mendorong yang mayoritas menindas yang minoritas, yang bermassa besar menebar ancaman hingga teror kepada mereka yang tak memiliki massa, dan berbagai contoh lainnya.
Rasanya akan luar biasa jika sekelas Rizieq Shihab yang terbilang sebagai pesohor, bisa menjadi penyambung nilai kepahlawanan tersebut. Dari bagaimana menebar kecintaan kepada negara, mencintai sesama anak bangsa terlepas berbeda suku hingga agama, hingga menyebarkan benih-benih semangat untuk keluar dari ekslusivisme menjadi inklusif. Dari tertutup menjadi terbuka, agar kebaikan yang selama ini terkesan hanya diarahkan untuk "kalangan sendiri" dapat juga dinikmati oleh siapa saja.
Bahwa, apa yang diinginkan oleh mayoritas juga menjadi keinginan minoritas. Dari bagaimana satu kelompok beragama ingin memiliki rumah ibadah di mana-mana, juga dapat memberikan keleluasaan serupa kepada yang beragama yang berbeda. Jika ini bisa diperjuangkan, maka semangat pahlawan yang menginginkan kebaikan bagi siapa saja, takkan hanya terhenti di masa lalu atau sekadar terekam di buku-buku.
Apalagi jika itu bisa turut diperjuangkan oleh figur sekelas Rizieq Shihab, maka dapat saja ia menjadi pahlawan baru. Sebab telah menunjukkan sebuah usaha keras untuk manusia yang hidup di Tanah Air-nya, anak-anak bangsanya, tanpa membeda-bedakan apa latar belakang suku hingga agamanya.
Persoalannya, jika perbedaan keyakinan politik saja rela menggadaikan apa saja, tak peduli jika sesama anak bangsa semakin saling memusuhi.Â
Ini dapat saja dikatakan sebagai suatu hal yang sangat mengecewakan, terutama mengecewakan para pahlawan yang menghabiskan seumur hidup mereka untuk negeri ini; mencurahkan pikiran hingga bertaruh nyawa agar tanah bernama Indonesia bisa menjadi tempat yang aman bagi siapa saja, nyaman bagi siapa saja, dan tak ada yang membawa lagi semangat kolonial di mana yang merasa kuat tak merasa berdosa menindas yang lemah. Tidak ada lagi yang mengeksklusifkan diri sebagai kalangan mayoritas yang merasa berhak atas segalanya hingga hak anak bangsa lain yang terlahir sebagai minoritas hanya ditentukan oleh kelompok yang merasa paling besar.
Sebab, untuk membuat negeri sebesar Indonesia dapat mewujudkan mimpi para pahlawan bukanlah dengan perasaan paling besar atau bahkan berbesar kepala, tapi negeri ini membutuhkan pikiran besar dan berjiwa besar. Mencintai negaranya dengan kecintaan yang besar, hingga bisa melahirkan semangat besar untuk melakukan hal-hal besar agar negeri ini benar-benar menjadi negara besar.
Ah, maaf, jika isi tulisan ringan saya ini jadi berbau pidato. Harapan saya sebagai "tukang tulis" ini tidaklah terlalu besar, kecuali hanya berharap agar tokoh-tokoh yang sering disebut tokoh besar di negeri ini benar-benar dapat menampilkan pikiran besar, ide-ide besar, bukan menyulut kerusuhan besar atau hanya menebar kebencian yang besar. Sebab negeri ini tak lagi punya musuh, kecuali yang dimusuhi para pahlawan, yakni mereka yang membesarkan nama sendiri hanya untuk membawa kerusakan besar atas negeri yang diperjuangkan para pahlawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H