Manalagi ditambah oleh suara-suara dari para pengikutnya, bahwa Rizieq Shihab telah menjadi korban fitnah lagi. Ia hanya menjadi korban dari "sebuah permainan", agar ia terjerat oleh "bendera tauhid" yang justru terlarang di negara yang kini menjadi tempat tinggalnya.
Ada banyak kejanggalan, tidak masuk akal, hingga mengundang banyak pertanyaan.
Semestinya jika ia meyakini itu adalah bendera tauhid yang dihormatinya, sakral, semestinya tak perlu mempersoalkan ketika bendera itu terpasang di rumahnya di Arab sana. Lha, ini adalah bendera sakral. Kok, ya, bendera sesakral ini justru diingkari sendiri olehnya. Tak lagi terlihat sebagai kebanggaan seperti saat ia menyuarakan agar bendera itu dipasang di Tanah Air.
Kok makin ke sini makin tertangkap kesan, bahwa ia begitu menghormati aturan di negara lain yang melarang bendera yang dianggap beraroma radikalisme, namun justru mencemooh aturan di negeri sendiri di mana ia lahir dan pernah hidup dalam waktu lama?
Nah, di sinilah hubungan dengan cerita kepahlawanan tadi. Sejatinya, para pahlawan adalah mereka yang tidak berlagak pahlawan, namun mampu melakukan banyak hal selayaknya seorang pahlawan.
Jika membaca-baca cerita dan biografi para pahlawan, mereka juga banyak yang berasal dari kalangan orang-orang saleh. Namun mereka tidak membenturkan agama dengan negara.Â
Para pahlawan itu bahkan mampu melakukan transformasi agar kebaikan dalam agama untuk melahirkan banyak kebaikan lainnya dalam realitas. Salah satunya, mencintai negara, menghormati aturan negara, dan memperjuangkan negara mereka.
Para pahlawan itu tak membenturkan agama dengan negara. Bagi mereka, dapat melakukan kebaikan untuk negara, adalah bukti dari bagaimana mereka menerapkan pesan-pesan agama yang melarang tegas sikap-sikap khianat, sikap-sikap hasut, dan merusak.
Dalam kasus Rizieq, ada beberapa hal yang kontradiktif lantaran justru menjadikan isu berbau agama untuk melahirkan percikan-percikan emosi, yang justru membuat sebagian masyarakat membenci negara mereka sendiri. Ini jelas memiliki muatan merusak.
Bisa Anda bayangkan bagaimana nasib negara-negara yang tak mendapatkan kecintaan dari masyarakatnya sendiri. Yang terjadi adalah perusakan terhadap negara itu sendiri; dari tidak ada beban saat menggerogoti uang negara, hingga membuat masyarakat di dalamnya saling bermusuhan.