Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Lion Air dan OOC 2018, Bagaimana Mental Kita?

29 Oktober 2018   13:31 Diperbarui: 29 Oktober 2018   14:03 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musibah bukan untuk membuat negeri ini berhenti - Gbr: Lampungpro.com

Lebih jernih

Sederhananya, di tengah kemelut seperti itu, publik membutuhkan sudut pandang yang dapat membantu mereka melihat dengan terang, jernih, dan tidak dikaburkan dengan isu-isu yang hanya menggelapkan persoalan. 

Begitu juga dengan kejadian Lion Air pagi hari ini, Senin 29 Oktober 2018, yang memang berlangsung persis dengan hari pertama kegiatan Our Ocean Conference 2018. Gelagat untuk membenturkan kedua hal ini sempat muncul, terlebih karena ada salah satu politikus dari salah satu partai melempar rumor bahwa musibah demi musibah dikaitkan dengan isu politik, mengangkat satu pihak dan menjatuhkan pihak lain.

Etika dalam melihat musibah dan menanggapi usaha negara untuk menemukan jalan demi jalan agar negeri ini dapat bangkit dan melejit, sama-sama membutuhkan dukungan positif agar dapat menghasilkan tindakan positif. 

Dok: Kuwera.id
Dok: Kuwera.id
Hari ini, di Bali, memang sedang ada perhelatan negara di mana Indonesia kembali dipercaya sebagai tuan rumah untuk sebuah diskusi lintas-negara terkait isu internasional yang berkaitan dengan kelautan. Namun ini juga patut dilihat sebagai usaha bahwa di tengah berbagai tantangan hingga cobaan, negeri ini tak hanya memiliki penduduk ratusan juta orang, namun juga punya banyak tangan yang mampu mengurus berbagai persoalan.

Ini juga terungkap dari pernyataan Presiden Jokowi saat memberikan sambutan di acara OOC 2018. 

Laut bukan menjadi pemecah
Laut adalah pemersatu
Pemersatu jarak antara darat
Pemersatu berbagai peradaban anak manusia

Sederet kalimat puitis ini mungkin tidak lantas menjadi obat untuk duka. Paling tidak, ini bisa menjadi pesan optimistis, bahwa apa yang terjadi, mesti ada nilai baik yang penting ditonjolkan dan diambil.  Ada pesan persatuan di sana, bahwa ketika ada masalah, apa yang dibutuhkan adalah persatuan. 

Bahwa kalimat Jokowi tersebut berangkat dari perenungan sebagai pemimpin di negeri bahari, lebih bertema lautan, namun ada pesan universal di sini. Dalam segala situasi, mental positif sebagai orang Indonesia mesti tetap ditonjolkan. 

Manifestasi pesan ini semestinya juga terlihat dari reaksi kita sebagai bangsa, sejauh mana mampu mengedepankan sikap positif bahkan saat ditimpa situasi di luar harapan.

Soal musibah, negara sudah punya alat untuk melakukan apa yang dibutuhkan. Maka itu, di tengah kondisi itu, kegiatan-kegiatan lain yang membawa nama negara pun sudah ada tangan yang mengurusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun