Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Profesi Semulia Dokter Jadi Alat Hoax

25 Oktober 2018   15:33 Diperbarui: 25 Oktober 2018   15:52 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat anggota DPR RI pun jadi bagian penebar hoax - Gbr: Pinterpolitik.com


Tak mudah menjadi seorang dokter. Tidak heran jika seorang dokter cenderung sangat dihormati masyarakat, karena profesi mereka yang dianggap mulia. Juga tidak berlebihan jika kemudian ada Hari Kedokteran Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 Oktober. Menjadi berlebihan hanya jika status sebagai dokter menjadi alat untuk membohongi publik atau menyesatkan.

Belum lama, negeri ini digaduhkan dengan cerita perempuan berusia sepuh yang mengaku dianiaya di bandara di Bandung. Salah satu sosok yang turut ambil bagian dalam cerita itu justru adalah seorang dokter, tepatnya dokter gigi. 

Ya, sosok yang mengaku dokter (tidak menyebut spesifik dokter gigi) begitu tegas menyebut bahwa dia sangat paham mana bekas operasi dan mana bekas pukulan adalah Hanum Rais, putri salah satu tokoh nasional, Amien Rais.

Itu tentu saja menjadi sebuah noda yang mengotori kemuliaan nama sebuah profesi. Lebih jauh dari itu, ada dosa yang tidak ringan dalam kacamata manusia--bukan berdasarkan catatan malaikat pencatat amal--karena menyeret nama profesi hanya untuk membuat sebuah pembohongan publik dapat terlihat sebagai sebuah kebenaran.

Dari sikap dokter tersebut, yang terjadi adalah sebagian publik yang memiliki mental piranha--menyantap apa saja yang dilempar ke arah mereka--akan menyantap sebuah isu dengan rakus. Apalagi jika para "piranha" ini meyakini bahwa umpan itu sudah pasti baik sekaligus enak, karena langsung disajikan oleh "ahli pakan".

Bahkan seorang calon wakil presiden pun jadi bagian hoax yang sempat merebak - Gbr: Tribunnews.com
Bahkan seorang calon wakil presiden pun jadi bagian hoax yang sempat merebak - Gbr: Tribunnews.com
Ya, kita lihat saja bagaimana pernyataan Hanum Rais saat itu disahuti dengan meriah oleh para pengikutnya hingga mereka pun dengan semangat membagi video yang di-posting sendiri di akun Twitter sosok dokter gigi ini. 

Siapa yang tidak tergugah, ketika seorang perempuan berbicara, terlebih menguatkan apa yang dia bicarakan dengan kualifikasi sebagai dokter, menegaskan bahwa dirinya bisa membedakan pukulan dengan bekas operasi. 

Ditambah lagi, ada muatan kalimat yang bernada kutukan terhadap orang yang tidak percaya bahwa itu adalah penganiayaan. Di sanalah perjalanan sebuah isu tentang seorang perempuan yang dipukuli dengan semena-mena sempat menguat meskipun hanya dalam hitungan jam. 

Kalau saja aparat kepolisian lengah dan lamban bertindak, dapat dipastikan bergulirnya isu ini akan merembet ke mana-mana; fitnah, hasutan, hingga pertumpahan darah dapat saja terjadi.Apakah iya sebuah isu bisa membawa bahaya separah itu? Tidak berlebihankah menyimpulkan begitu?

Silakan saja simak bagaimana sebuah isu yang dilempar oleh orang-orang yang dianggap kompeten dan dapat dipercaya, telah berkali-kali tercatat memicu kericuhan di berbagai negara. Bahkan di dalam negeri, jauh sebelum itu, pada 2017 lalu, ada seorang tunawisma di Brebes, Jawa Tengah, jadi korban penganiayaan. 

Saat itu warga mendadak emosi karena hoax yang dilempar adalah bahwa sosok tersebut adalah seorang penculik anak. Efek emosi, tunawisma yang notabene tak punya tempat tinggal dan tidak tahu keluarganya di mana, dan tidak bisa minta tolong kepada siapa, jadi korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun