Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jika Prabowo adalah Donald Trump

18 Oktober 2018   21:18 Diperbarui: 18 Oktober 2018   21:26 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagi Prabowo, sosok Trump dapat saja menjadi ilham - Gbr: Tribunnews.com

Dalam kacamata strategi lagi-lagi tidak dibutuhkan benar atau tidak, baik atau tidak baik, terpenting amunisi itu tidak sia-sia. Dan, terbukti bagaimana setelah kasus Ratna pelan-pelan terkuak pun, berbagai skenario lain dengan melempar tudingan bahwa petahana Jokowi lebih banyak melanggar janji secara berapi-api mereka lempar ke publik. Lagi-lagi publik pun, terutama simpatisan kubu Prabowo, lebih tertarik memakan umpan dilempar Prabowo alih-alih melihat dengan jernih benar atau tidak strategi seperti ini.

Bahkan mereka yang berangkat dari kalangan religius pun--yang berada di kubu Prabowo, pastinya--nyaris tak ada yang mau melihat itu sebagai kesalahan pihaknya. Mereka bersikeras membuang badan untuk terlihat bahwa mereka tidak terlibat dalam memantik emosi publik. 

Kelihaian mereka beretorika dan mencari "kekurangan-kekurangan" lawan mereka sebanyak-banyak menjadi pilihan. Hasilnya, pelan-pelan publik pun melupakan kasus Ratna, dan Prabowo kembali terlihat sebagai calon pemimpin bersih.

Bahwa kasus itu sebenarnya cukup menunjukkan bagaimana ketergesa-gesaan seorang Prabowo, notabene sebagai kesalahan fatal, tak lagi terlihat sebagai kesalahan. Sebab kelihaiannya dalam bermain strategi membuat yang salah pun menjadi benar. 

Kelihaian itu juga membuat pion-pion Prabowo satu demi satu muncul untuk memoles bahwa kasus itu sebagai bukti bahwa Prabowo sebagai figur yang mudah tersentuh, memiliki empati tinggi terhadap perempuan, dan mampu bergerak cepat. 

Polesan itu juga sehingga secara perlahan publik pun terbawa ke dalam irama dimainkan para "serdadu" tempur Prabowo di kancah pertarungan Pilpres 2019. Tak sedikit yang kini melihat Prabowo sebagai sosok yang mudah tersentuh, baik, perhatian, dan sejenisnya karena kelihaian para pemain andalannya dalam urusan mempengaruhi opini publik.

Lagi-lagi di sini juga ada kemiripan dengan Trump. Bagaimana beberapa tahun lalu Trump memainkan emosi kalangan kulit putih, terutama yang masuk kategori kelas pekerja, dan tidak mendapatkan pendidikan yang baik, hingga mereka yang berada di pedesaan, hingga mereka yakin bahwa Trump adalah "El Masih" yang mereka nanti-nanti. 

Bahkan saat Trump tampil dengan berbagai kekonyolan pun tak mengurangi simpati publik AS terhadapnya. Masih ingat saat ia cekcok dengan Megyn Kelly dari Fox News? Atau bagaimana ia mencibir kontestan ratu kecantikan dengan nada melecehkan? dlsb, namun tidak membuat simpatisannya bergeser.

Tampaknya inilah yang menjadi semacam "wahyu" bagi Prabowo. Tak perlu lagi memusingkan soal benar atau salah, tetapi mesti memastikan fokus ke menang atau tidak. Maka itu, jangan terlalu berharap bahwa dengan pengalaman kekalahan Prabowo di Pilpres lalu akan membuatnya mengendurkan "serangan", namun bisa jadi akan melancarkan serangan yang jauh lebih hebat dibandingkan Pilpres lalu.

Terlebih kini yang menjadi modelnya pun, selain adanya Trump di AS, juga ada Mahathir Mohamad dari negeri jiran Malaysia. Ia ingin membuktikan bahwa semakin tua semakin menjadi, dan akan mengerahkan kemampuan yang makin menjadi-jadi untuk bisa jadi--sebagai presiden. Trump dan Mahathir sudah membuktikan bahwa usia sepuh tak berarti mudah untuk lumpuh.

Maka itu Pilpres 2019 menjadi satu momen menarik, yang akan berisikan banyak gebrakan yang takkan mudah diprediksi. Berangkat dari banyak inspirasi, dan bagaimana mereka akan melahirkan aksi demi aksi hingga kursi kepala negara dapat dikuasai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun