Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Rupiah Masih Gagah di Medan Perang Nilai Mata Uang

6 September 2018   09:20 Diperbarui: 6 September 2018   21:35 2249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: GlobalExpandia

Di sini, pandangan yang dilempar oleh anggota Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Prof Ahmad Erani Yustika, yang juga merupakan Staf Khusus Presiden, pantas untuk dicermati. Sebab ini berkaitan langsung tentang dari mana optimisme pemerintah di tengah hantaman terhadap rupiah.

Dalam pernyataan yang dirilis ke berbagai media tersebut, Ahmad Erani menegaskan bahwa terlepas kondisi rupiah yang nyaris tembus Rp 15 ribu per dolar AS, Indonesia masih punya catatan bagus berupa surplus neraca perdagangan.

Menurutnya, bahwa rupiah sedang dalam masalah, benar. Namun dengan di sisi lain, nilai ekspor sepanjang Januari hingga Juli 2018 justru tercatat sebagai yang tertinggi dalam empat tahun terakhir. Bahkan ia menyebutkan bahwa pemerintah berani memastikan sampai akhir 2018, Indonesia akan mencatat surplus perdagangan.

Terkait kenaikan harga dolar secara khusus, Ahmad Erani juga menyebutkan bahwa ada kondisi eksternal yang memang dapat menimpa negara mana saja. Bahkan ia menyodorkan catatan bagaimana kondisi ekonomi domestik di tengah situasi nilai rupiah itu, masih tetap baik. Sebut saja terkait pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018, tercatat kondisi ekonomi domestik membaik hingga 5,27 persen (YoY), inflasi hanya 3,18 persen di bulan Juli, dengan cadangan devisa mencapai 118,32 miliar pada Juli 2018.

Maka itu figur yang sudah menjadi guru besar di usia 37 tahun tersebut, Ahmad Erani, juga menyebutkan bagaimana cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor jika ditambah dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah. "Angka tersebut masih jauh dari batas standar internasional, sebesar 3 bulan impor," kata dia, melansir Kuwera. 

Di sisi lain, Ahmad Erani juga menyebutkan bagaimana rasio kredit bermasalah atau yang diistilahkan dengan nonperforming loan pun terbilang rendah, karena masih di bawah 3 persen. Tak terkecuali rasio kecukupan modal bank, juga masih sangat baik, mencapai 22 persen.

Sosok seperti Ahmad Erani tentu saja tidak berbicara kosong, jika melihat rekam jejak dan latar belakangnya. Ia sendiri memang memiliki riwayat sebagai doktor (Ph.D) dengan spesialisasi Ekonomi Kelembagaan dari University of Gottingen.

Tak terkecuali ketika ia menyebutkan bahwa dunia usaha pun masih memiliki peluang besar di tengah kondisi rupiah saat ini. Bahkan ia memastikan para pengusaha akan tetap dapat melanjutkan ekspansi usaha mereka.

Pendapatnya itu tentu saja juga mengacu kepada upaya keras pemerintah sejauh ini yang masih tetap menjaga agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tetap sehat. Di sini, Ahmad Erani juga menunjukkan langkah ditempuh pemerintah, "Meningkatkan potensi penerimaan, mempertajam kualitas belanja, dan memperkecil defisit keseimbangan primer."

Jadi, Anda sendiri lebih memilih optimistis atau masih ingin memilih pesimis dan memamerkan wajah meringis? Saya sendiri memilih berada di barisan rakyat yang tetap mendoakan agar pemerintah tetap menebar optimisme, dan hawa optimistis ini lebih menguasai negeri ini daripada terpenjara oleh skeptis, pesimis, dihantui ketakutan.

Toh, di ring tinju pun tidak ada petinju yang bisa menumbangkan lawan jika ia sendiri tak berhasil mengelola ketakutan dan rasa pesimismenya. Hari ini, para pengawal rupiah masih bertarung dengan optimisme, dan mereka sudah bergerak jauh-jauh hari, agar masalah sebesar apa pun kelak menjadi jembatan besar untuk negeri ini dapat melaju lebih jauh ke tempat lebih baik.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun