Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kala Umat Nasrani Menolak Rayakan Natal di Monas

20 Desember 2017   23:35 Diperbarui: 21 Desember 2017   07:55 3468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Natal tinggal menghitung hari. Namun berbagai berita seputar perayaan umat Nasrani tersebut hampir tak pernah sepi. Terutama setelah menyeruak kabar bahwa pemerintah DKI Jakarta mengajak agar perayaan tahunan itu diadakan di Monumen Nasional. Sejauh ini, respons dari masyarakat Nasrani sendiri cenderung menolak.

Dari sekian banyak respons tersebut, pernyataan dari Romo Benny Susetyo, 18 Desember lalu dan diangkat oleh Tribunnews, menarik perhatian saya. Rohaniwan tersebut berujar bahwa lebih baik bagi masyarakat Nasrani untuk merayakan saja di gereja masing-masing. Terlebih ia juga mendengar bahwa untuk perayaan itu akan digunakan dana yang bersumber dari APBD DKI, dan inilah yang menuai gugatannya.

Menurut Romo Benny, akan lebih baik jika dana APBD tidak digunakan untuk perayaan itu. Menyimak pemberitaan tersebut, rohaniwan ini lebih berpijak pada prinsip bahwa Natal adalah kegiatan berdoa, dan untuk berdoa tetap lebih baik diadakan di rumah ibadah. "Nggak perlulah dana APBD digunakan untuk ini, nggak penting. Mending untuk anak-anak miskin," katanya, seperti dikutip dari Tribunnews.

Sementara di berbagai jejaring sosial, respons seputar Natal di Monas  lebih beragam. Tak sedikit yang berpandangan bahwa ajakan untuk Natal di Lapangan Silang Monas itu cenderung politis. 

Terlebih bukan rahasia jika menjelang Pilkada lalu, pasangan terpilih yakni Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sengaja atau tidak, diduga memang secara telanjang menunggangi isu sentimen agama untuk bisa tiba ke tujuan mereka mendepak Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dan mengambil alih kekuasaan DKI.

Apakah tudingan bahwa akan ada unsur politisasi dalam Natal di Monas hanya datang dari umat Nasrani? Sepengamatan saya pribadi di berbagai media sosial, tudingan itu justru lebih banyak datang dari kalangan Muslim yang kebetulan bukan pemilih Anies-Sandi saat Pilkada lalu. 

Sedangkan umat Nasrani sendiri lebih terkesan tak ingin berpolemik. "Lha, kita beragama mestinya untuk nyari ketenangan, bukan untuk nyari ribut-ribut atau sekadar ramai-ramai," tukas salah satu teman.

Sedikitnya, terkait rencana Natal di Monas tersebut, memang ada pro-kontra yang mulai memanas. Namun hampir dapat dipastikan sebagian besar berprinsip bahwa Natal di Monas bukanlah hal yang mereka butuhkan.

Itu juga terindikasi dari salah satu cuitan saya yang mendapatkan respons dari banyak pengguna Twitter. Saat di sana saya menuliskan dengan pesan kira-kira berbunyi bahwa bagi masyarakat Nasrani, tidak diancam-ancam atau diintimidasi kala mereka ingin mendirikan rumah ibadah dan menjalankan ibadah, jauh lebih penting daripada heboh-heboh merayakan Natal di tengah keramaian.

Itu memang bukan suara umat Nasrani. Itu sepenuhnya pikiran pribadi, berangkat dari empati bahwa memang pada faktanya, ketika ada masyarakat Nasrani ingin membangun rumah ibadah, acap diikuti oleh kecurigaan sementara pihak bahwa mereka akan melakukan Kristenisasi dan semisalnya. 

Betapa ketika muncul gagasan umat Kristen ingin mendirikan rumah ibadah, penolakan besar-besaran acap muncul penolakan, dan ini telah menjadi reaksi umum di kalangan umat Muslim. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun