Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kala Umat Nasrani Menolak Rayakan Natal di Monas

20 Desember 2017   23:35 Diperbarui: 21 Desember 2017   07:55 3468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pribadi menolak sikap sentimen begitu rupa karena pertimbangan bahwa, masak iya kita telah mendirikan masjid sampai dengan musala di mana-mana dengan suara azan dan pengajian membahana, tapi justru melarang umat lain bergembira dengan keberadaan rumah ibadah mereka untuk berdiri di mana mereka rasa perlu?

Sejatinya, jika ingin adil, mbok ya, memang kita pun tak perlu keberatan saat mereka ingin mendirikan rumah ibadah. Penerimaan seperti ini, jauh lebih dibutuhkan mereka sebagai saudara beda agama, tapi masih sebangsa, daripada menggiring mereka untuk menjadi penampung APBD dalam jumlah besar namun hanya untuk heboh-heboh merayakan suatu hari yang sakral bagi mereka.

Jadi, jika dipertanyakan kenapa umat Nasrani cenderung menolak perayaan Natal di Monas, saya pribadi meyakini karena mereka tak ingin dipolitisasi terlepas mereka tak melemparkan tudingan tersebut. Di sisi lain, mereka tentu saja lebih membutuhkan kesyahduan perayaan itu sendiri, meriah-semeriahnya di tempat yang mereka yakini paling bisa mewadahi nilai sakral dari peraaan itu.

Terlebih lagi, jika ditelusuri lebih jauh, apakah perayaan Natal di Monas itu adalah permintaan mereka, sama sekali bukan. Namun itu memang lebih terlihat sebagai ajakan pemerintah DKI, walaupun memang masih bisa diperdebatkan apakah benar gagasan itu berangkat dari motif politisasi semacam membersihkan nama dalam perjalanan mereka berkuasa? 

Ataukah itu murni berangkat dari keinginan mereka untuk memberikan apresiasi dan hak bagi masyarakat Nasrani untuk mengekspresikan dan merayakan hari raya mereka tersebut.

Tak ada yang bisa memastikan, kecuali pemilik gagasan itu sendiri. Sebab tudingan, apa saja bentuknya tentu saja berangkat dari praduga, dan praduga itu sendiri terkadang hanya dapat menjadi clue untuk membuktikan sesuatu benar atau tidak. 

Hemat saya pribadi, praduga bahwa ada unsur politisasi dalam rencana perayaan Natal di Monas itu, jika pihak Pemda DKI dapat memastikan ke depan tak ada lagi ancaman bagi umat Nasrani untuk mendapatkan haknya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang juga turut berkeringat dan berdarah-darah mendirikan negeri ini.

Tak hanya di DKI, ketegasan bahwa umat non-Muslim pantas mendapatkan hak yang sama dalam segala hal, terutama dalam kesempatan beribadah sampai dengan mendirikan rumah ibadah, sampai hak-hak lainnya selayaknya bangsa Indonesia, memang pantas diperhatikan. Setidaknya, jangan ada lagi satu pihak merasa lebih berhak atas negeri ini hanya karena alasan bahwa kitalah umat beragama paling besar di negeri ini.

Percayalah, jika ditanyakan kepada semua umat Nasrani, mana lebih penting perayaan Natal besar-besaran di Monas, dengan pengakuan atas hak mereka, mereka pasti akan lebih memilih yang kedua. Sebab, hanya pada pilihan kedua itulah, ketulusan pengakuan atas keberadaan mereka jauh lebih terasa dibandingkan dengan perayaan di Monas yang memang rentan dengan hura-hura dan mubazir.*** 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun