Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menelusuri Jejak Penakluk Mandiri Jakarta Marathon

30 Oktober 2017   00:19 Diperbarui: 30 Oktober 2017   09:58 2199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blogger kawakan dan juga Kompasianer, Harris, turut jadi peserta lomba - Dok: Zulfikar Akbar

Saat di belahan Jakarta lainnya masih dikuasai kegelapan dan sunyi karena subuh pun belum datang, Monumen Nasional pada hari Minggu (29/10/2017) telah disesaki puluhan ribu pengunjung yang rata-rata berpakaian olahraga. Tak hanya dari dalam kota Jakarta sendiri, melainkan juga berasal dari berbagai negara, datang untuk bertarung di ajang Mandiri Jakarta Marathon 2017. Ada banyak cerita belakang layar di seputar mereka, yang mampu memberikan pesan lewat semangat dan prinsip tak kenal menyerah.

Tercatat ada 16 ribu peserta dari Jakarta dan berbagai daerah, dan terdapat 2 ribu peserta yang juga berasal dari berbagai negara. Para pelari marathon dari Afrika hingga Eropa turut meramaikan kegiatan tersebut. Never Give Up yang menjadi tajuk untuk perhelatan tahunan ini tak sekadar penghias lembaran-lembaran koran untuk promosi. Mereka yang menjadi peserta membuktikan diri di sini, bagaimana menaklukkan diri sendiri dan melampaui keterbatasan mereka sendiri.

Anouar debutan di full marathon menunjukkan dirinya sebagai bukti prinsip never give up - Dok: Detha
Anouar debutan di full marathon menunjukkan dirinya sebagai bukti prinsip never give up - Dok: Detha
Anouar El Ghouz paling menjadi sorotan. Pria asal Maroko ini mengambil kategori 42 km, dan ia mampu menempuhnya selama 02:21:26. Ia menyalip Jeoffrey Kiprotich (38 tahun) dari Kenya yang justru menjadi runner up dengan mencatat waktu tempuh hingga 02:21: 35. Kompatriot Kiprotich yang juga dari Kenya, Josphat Kiptanuitoo menorehkan waktu 02:22:45.

Anouar dengan Kiprotich mampu membikin penonton lomba lari jarak jauh itu menahan napas karena sepanjang rute ditempuh, terutama paruh kedua, mereka saling bersaing ketat. Sebelum mencapai garis finish, Anouar terlihat hanya menempel Kiprotich, dan membiarkan dirinya berada di belakangnya.

Tampaknya Anouar yang disebut-sebut sebagai debutan itu melakukan strategi melakukan pressure kepada pesaing terdekatnya itu dengan cara menempel lawan. Dengan memainkan emosi lawan, staminanya lebih cepat terkuras karena terpengaruh oleh tekanan. Maka itu ketika mendekati garis finish, Anouar yang memiliki cadangan tenaga lebih besar dapat dengan leluasa menyalip pesaingnya dari Kenya tersebut.

Menariknya, di atas kertas, pengalaman Anouar terbilang jauh di bawah Kiprotich. Pasalnya selama ini ia hanya tampil di kategori 10 kilometer saat tampil di Dubai, Uni Emirat Arab pada 24 Januari 2014. Saat itu ia menempuhnya dalam waktu 29 menit dan 43 detik. Pada Januari lalu, ketika ajang lari di Doha, Qatar, ia hanya  mengambil kategori half marathon dan dituntaskan olehnya dalam waktu 1:05:07. 

Dari sisi jam terbang, Kiprotich terbilang paling berpengalaman. Pasalnya di Indonesia saja dia sudah tiga kali dengan lomba terkini menjadi peserta. Pada ajang marathon 25 Oktober 2015 pun ia pernah berpartisipasi, namun saat itu ia mencatat waktu lebih cepat yakni 2:17:43.

Kali pertama ia mengikuti ajang lari di Indonesia justru saat lomba yang diadakan di Makassar, Sulawesi Selatan pada 1 Maret 2015. Namun saat itu Kiprotich mengambil kategori half marathon dengan mencatat waktu 1:05:39.

Di luar itu, ia pun tercatat pernah merambah lomba marathon hingga ke Bangkok di Thailand (2007), Penang di Malaysia (2010), Pattaya di Thailand (2011), Kolombo di Srilanka (2012), Kuala Lumpur di Malaysia (2016), Dili di Timor Leste (2016). Tahun ini saja ia pun sempat menjajal lomba serupa di Doha, Qatar.

Perwakilan dari Kenya terbilang paling mewarnai ajang marathon diadakan Mandiri ini. Pasalnya di kategori Master untuk wanita yang mengambil jarak 42 km tersebut, tiga besar dikuasai pelari asal negara Afrika tersebut. Peninah Jepkoech menjadi juara dengan mencatat waktu 03:07: 54, Margaret Njuguna mencatat 03:08:15, dan Rotich Jane mencatat waktu 03:09:14.

Pagelaran bertajuk Mandiri Jakarta Marathon 2017 tersebut mampu mengundang minat besar para pecinta olahraga lari. Tak sedikit dari peserta yang di tahun-tahun sebelumnya pernah mengikutinya tetap memilih kembali mengikutinya. Bagi mereka tak penting menang atau kalah, melainkan kegiatan itu sendiri telah memberikan kegembiraan besar kepada mereka.

Antuasiasme peserta

"Sebab dengan ajang seperti ini, kami para pecinta olahraga lari ini merasa lebih mendapatkan perhatian," kata seorang peserta yang meminta tak disebutkan namanya.

Yuna (tengah) bersama komunitasnya pecinta olahraga lari - Foto: Zulfikar Akbar
Yuna (tengah) bersama komunitasnya pecinta olahraga lari - Foto: Zulfikar Akbar
Ada juga peserta lain yang memang telah berkali-kali mengikuti ajang yang tahun ini diberi tagline "Never Give Up".  Yuna (40 tahun), yang memiliki komunitas berisikan para pecinta olahraga lari bernama Run4Food mengakui lebih antusias mengikuti ajang ini lantaran dinilai olehnya terasa jauh lebih meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Saya hanya dua kali absen sepanjang Mandiri Jakarta Marathon ini diadakan. Selebihnya saya selalu mengikutinya. Jadi, jika saya banding-bandingkan, sih, tahun ini jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya," kata Yuna, saat sedang beristirahat tak jauh dari lokasi garis finish.

Menurutnya, kenapa tahun ini terasa lebih baik tak lain karena memang ia merasakan ada banyak perubahan, dari bagaimana panitia menyiapkan rute hingga mensterilkan lokasi, terasa jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

"Untuk tahun ini saya merasakan lebih nyaman sejak start hingga sepanjang rute ditentukan sampai dengan titik finish. Jujur saja, tahun ini memang lebih tertib dan lebih enak daripada tahun-tahun lalu," kata Yuna lebih jauh. 

"Ya, kami peserta tentunya berharap ke depan minimal mereka dapat mempertahankan pengelolaan acara sebaik tahun ini, paling tidak begitu. Jika tahun depan mereka bisa mengadakan dengan cara lebih bagus, ya pastinya tetap kita apresiasi." ujarnya lagi.

Yuna pun mengakui jika ketertarikannya kepada olahraga lari itu sendiri tak lepas dari praktisnya olahraga tersebut. "Saya memang tak menguasai olahraga lainnya. Sementara olahraga lari, selain gampang dilakukan, juga lebih hemat, dan memang mampu memacu kita untuk mampu mengalahkan keterbatasan kita."

Blogger kawakan dan juga Kompasianer, Harris, turut jadi peserta lomba - Dok: Zulfikar Akbar
Blogger kawakan dan juga Kompasianer, Harris, turut jadi peserta lomba - Dok: Zulfikar Akbar
Salah satu blogger yang juga kerap menulis di Kompasiana, Harris Maulana, pun turut menjadi salah satu peserta acara lomba lari jarak jauh tersebut. Ia mengakui jika mengikuti acara tersebut bukan karena dorongan meraih medali. "Tidak. Tak ada kepikiran mau mengejar medali. Melainkan hanya untuk menjaga gaya hidup sehat saja. Terlebih saya pun baru berhenti merokok, jadi dengan aktivitas begini, menjadi salah satu cara untuk membantu saya mengeluarkan racun dari tubuh," kata Harris menjelaskan.

"Soal posisi berapa saya dapat di lomba ini tidak penting, karena memang banyak yang tangguh dan lebih berpengalaman. Namun bagi saya terpenting, dapat lebih akrab saja dengan kebiasaan sehat dan menyehatkan, cuma itu saja motivasinya," Harris menambahkan.

Pengaruh ke wisata

Kompasianer yang turut meliput acara Mandiri Jakarta Marathon mengulik seputar lomba tersebut lewat Lala sebagai narsum - Foto: Zulfikar Akbar
Kompasianer yang turut meliput acara Mandiri Jakarta Marathon mengulik seputar lomba tersebut lewat Lala sebagai narsum - Foto: Zulfikar Akbar
Ya, penuturan Yuna dan Harris memang selaras juga dengan penjelasan dari pihak pelaksana kegiatan itu sendiri. Maristella Haryanti yang merupakan asisten Vice President CSR Mandiri menyebutkan jika pihaknya melihat bahwa olahraga lari marathon tersebut terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. "Sebab olahraga ini bisa dilakukan oleh siapa pun," katanya. "Kenapa kemudian kami mengambil taglineberisikan kalimatNever Give Up,k arena lewat olahraga ini orang tidak dituntut untuk mengalahkan orang lain, tapi bagaimana mereka bisa menaklukkan diri sendiri."

Menurut Lala---sapaan Maristella, spirit dari itulah yang membuat animo peserta makin tahun makin tinggi. "Apalagi memang pesertanya tak hanya dari Jakarta saja, melainkan dari luar negeri pun ada dua ribu orang turut mengikuti acara ini," dia menambahkan.

Manfaat lebih jauh, menurut Maristella, tingginya animo peserta dari berbagai negara yang turut datang ke acara ini pun membantu mengakrabkan mereka dengan wisata Tanah Air. "Jadi, manfaatnya juga berdampak hingga ke wisata yang juga sedang digalakkan pemerintah," katanya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun