Saat di belahan Jakarta lainnya masih dikuasai kegelapan dan sunyi karena subuh pun belum datang, Monumen Nasional pada hari Minggu (29/10/2017) telah disesaki puluhan ribu pengunjung yang rata-rata berpakaian olahraga. Tak hanya dari dalam kota Jakarta sendiri, melainkan juga berasal dari berbagai negara, datang untuk bertarung di ajang Mandiri Jakarta Marathon 2017. Ada banyak cerita belakang layar di seputar mereka, yang mampu memberikan pesan lewat semangat dan prinsip tak kenal menyerah.
Tercatat ada 16 ribu peserta dari Jakarta dan berbagai daerah, dan terdapat 2 ribu peserta yang juga berasal dari berbagai negara. Para pelari marathon dari Afrika hingga Eropa turut meramaikan kegiatan tersebut. Never Give Up yang menjadi tajuk untuk perhelatan tahunan ini tak sekadar penghias lembaran-lembaran koran untuk promosi. Mereka yang menjadi peserta membuktikan diri di sini, bagaimana menaklukkan diri sendiri dan melampaui keterbatasan mereka sendiri.
Anouar dengan Kiprotich mampu membikin penonton lomba lari jarak jauh itu menahan napas karena sepanjang rute ditempuh, terutama paruh kedua, mereka saling bersaing ketat. Sebelum mencapai garis finish, Anouar terlihat hanya menempel Kiprotich, dan membiarkan dirinya berada di belakangnya.
Tampaknya Anouar yang disebut-sebut sebagai debutan itu melakukan strategi melakukan pressure kepada pesaing terdekatnya itu dengan cara menempel lawan. Dengan memainkan emosi lawan, staminanya lebih cepat terkuras karena terpengaruh oleh tekanan. Maka itu ketika mendekati garis finish, Anouar yang memiliki cadangan tenaga lebih besar dapat dengan leluasa menyalip pesaingnya dari Kenya tersebut.
Menariknya, di atas kertas, pengalaman Anouar terbilang jauh di bawah Kiprotich. Pasalnya selama ini ia hanya tampil di kategori 10 kilometer saat tampil di Dubai, Uni Emirat Arab pada 24 Januari 2014. Saat itu ia menempuhnya dalam waktu 29 menit dan 43 detik. Pada Januari lalu, ketika ajang lari di Doha, Qatar, ia hanya  mengambil kategori half marathon dan dituntaskan olehnya dalam waktu 1:05:07.Â
Dari sisi jam terbang, Kiprotich terbilang paling berpengalaman. Pasalnya di Indonesia saja dia sudah tiga kali dengan lomba terkini menjadi peserta. Pada ajang marathon 25 Oktober 2015 pun ia pernah berpartisipasi, namun saat itu ia mencatat waktu lebih cepat yakni 2:17:43.
Kali pertama ia mengikuti ajang lari di Indonesia justru saat lomba yang diadakan di Makassar, Sulawesi Selatan pada 1 Maret 2015. Namun saat itu Kiprotich mengambil kategori half marathon dengan mencatat waktu 1:05:39.
Di luar itu, ia pun tercatat pernah merambah lomba marathon hingga ke Bangkok di Thailand (2007), Penang di Malaysia (2010), Pattaya di Thailand (2011), Kolombo di Srilanka (2012), Kuala Lumpur di Malaysia (2016), Dili di Timor Leste (2016). Tahun ini saja ia pun sempat menjajal lomba serupa di Doha, Qatar.
Perwakilan dari Kenya terbilang paling mewarnai ajang marathon diadakan Mandiri ini. Pasalnya di kategori Master untuk wanita yang mengambil jarak 42 km tersebut, tiga besar dikuasai pelari asal negara Afrika tersebut. Peninah Jepkoech menjadi juara dengan mencatat waktu 03:07: 54, Margaret Njuguna mencatat 03:08:15, dan Rotich Jane mencatat waktu 03:09:14.