Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bukber ala OJK: Lebih Dekat dengan Keuangan Syariah

21 Juni 2017   16:23 Diperbarui: 21 Juni 2017   16:42 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi serius para Kompasianer menyimak paparan pembicara - Foto: Zulfikar Akbar

Terkait tema seputar tren perbankan syariah itu juga, Setiawan Budi Utomo yang merupakan salah satu deputi direktur di OJK itu , memaparkannya lebih mendalam, termasuk menyampaikan serangkaian slide seputar perbankan syariah. Setiawan memaparkan jika dalam perkembangan keuangan syariah, Indonesia telah mendapatkan pengakuan dunia.            

Terlebih, katanya, saat ini Indonesia memang sudah dipandang berada dalam posisi to offer lessons kepada negara lain di dunia dalam hal pengembangan keuangan syariah. "Jadi, perkembangan keuangan syariah di Indonesia sudah sangat diperhitungkan," kata Setiawan.            

Di sisi lain, Setiawan juga mengakui jika selama ini ada banyak isu strategis seputar pengembangan perbankan syariah. Ada masalah kurangnya koordinasi antar pemerintah dengan otoritas terkait, hingga produk yang tidak variatif. "Selain itu juga pemahaman masyarakat pun masih terbilang rendah," kata sosok yang juga menjabat sebagai Deputi Direktur Pengembangan Produk dan Edukasi Departemen Perbankan Syariah.            

Tapi Setiawan juga menunjukkan optimisme bahwa dengan fakta bahwa di Indonesia mayoritas beragama Islam menjadi sebuah alasan kuat sehingga para investor dari dalam dan luar negeri tertarik mengembangkan bisnis syariah di Indonesia. "Walaupun, di tengah kita selama ini ada kecenderungan juga, menabungnya di bank konvensional, namun minjem-nya di bank syariah," kelakarnya.            

Para petinggi OJK menunjukkan cara masing-masing membangun keakraban dengan Kompasianer - FOTO: Zulfikar Akbar
Para petinggi OJK menunjukkan cara masing-masing membangun keakraban dengan Kompasianer - FOTO: Zulfikar Akbar
Rekannya, Muhammad Touriq, yang merupakan Deputi Direktur Pasar Modal Syariah OJK, turut mengetengahkan soal dinamika tersebut. Terlepas, ia lebih banyak  mengangkat sisi seputar investasi. Termasuk reksadana syariah, misalnya, selama ini memang hanya mendapatkan 4,73 persen dari market share NAB, dan 95,27 persen dikuasai reksadana konvensional. Menurutnya itu menjadi petunjuk, bahwa investasi syariah pun memiliki peluang besar untuk mendapatkan tempat, selain juga memberikan keuntungan bagi para investor.            

Terkait reksadana itu juga, kata Touriq, kini memiliki kecenderungan menyelaraskan dengan perkembangan. Tak terkecuali dalam pembelian reksadana syariah, cenderung dimudahkan. Terlebih bank-bank yang mendukungnya pun, menjadi agen penjual, juga terdapat dari bank konvensional. Maka itu ia mengimbau agar tidak melihat urusan reksadana sebagai hal terlalu menyulitkan. "Apalagi investasi itu dapat dilakukan dari Rp 10 ribu atau 100 ribu," katanya. "Selain itu, dalam pencairan pun bisa dilakukan kapan pun."            

Touriq juga sempat memberikan komparasi antara bagaimana pekerjaan bank dengan apa yang dilakukan lewat investasi. "Bank memang umum dikenal masyarakat untuk mengamankan uang kita, sedangkan investasi memang untuk membuat uang itu bekerja untuk kita," katanya. Seraya, ia pun mengingatkan perlunya investasi, karena siapa pun yang memiliki penghasilan tak dapat lepas dari kemungkinan menghadapi masalah dari inflasi hingga urusan biaya hidup.            

Itu juga diamini pembicara lainnya dari OJK yang turut tampil di diskusi seputar kiprah OJK dan perkembangan perbankan syariah tersebut. Moch. Muchlasin, yang menjabat sebagai Direktur Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Syariah. Ia menyorot adanya banyak kesalahpahaman publik dalam melihat berbagai hal seputar keuangan berbau syariah. "Orang sering terbayang, keuangan syariah terkesan hanya bank saja," katanya, seraya berkelakar.            

Padahal, menurutnya, ada banyak hal yang juga tak lepas dari keuangan syariah, tak terkecuali asuransi pun kini telah memiliki asuransi syariah. "Itu juga diterapkan oleh banyak perusahaan asuransi, kecuali Jasa Raharja hingga ASABRI, memang belum memakai konsep syariah," ucap Mukhlasin. Meski begitu, dia menekankan bahwa keuangan syariah tetap dapat dipastikan sama bagusnya, sama lengkapnya, sama modernnya.            

Mukhlasin juga menyodorkan data bahwa sejauh ini ada perkembangan menggembirakan dalam hal perkembangan perusahaan asuransi syariah. Jika per Desember 2012 hanya berkisar 13 triliun, dalam lima tahun telah menyentuh angka 35,9 triliun. Perusahaan multi-finance syariah, dari 22,6 triliun dalam kurun yang sama, menyentuh angka 36,7 triliun pada April 2017.            

Mukhlasin juga memastikan, pihaknya akan berusaha untuk terus meningkatkan hal itu. "Jadi, bersama teman-teman blogger, kita bisa terus menyampaikan kepada publik, agar tema seputar perbankan dan keuangan syariah tak lagi menjadi hal asing," katanya.*

           

           

             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun