Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Pentas Javana, Remy Sylado Bicara Indonesia

1 Juni 2017   15:07 Diperbarui: 1 Juni 2017   15:24 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yapi Panda Abdiel Tambayong mungkin bukan nama familiar bagi publik. Kecuali jika disebut Remy Silado, sebagian besar pecinta dunia literasi akan tahu siapa dia. Ya, dialah penulis yang lahir di tahun Indonesia merdeka, 1945, yang terkenal sebagai penulis sekaligus budayawan.

Tampaknya, tahun kelahirannya memengaruhi gairah yang dimilikinya. Bahwa, negeri ini tegak justru karena di sana ada banyak tiang, dan ia getol mengajak melihat itu dengan jujur.

Itulah yang juga kembali diperlihatkan Remy Sylado ketika dia tampil sebagai pembicara di Gedung Arsip Nasional, Jalan Hayam Wuruk, Jakarta, sehari menjelang peringatan Hari Lahir Pancasila.

Ya, 31 Juni, saya beruntung berada di antara peserta diskusi bertajuk; Aku Berindonesia. Bisa menyaksikan bagaimana pemikiran seorang Remy, dan bagaimana dia melihat Indonesia.

Remy Sylado tampil dengan pakaian khasnya, berbaju dan bercelana putih. Gayanya, melepas satu kancing di bagian atas. Entah itu ketidaksengajaan, atau memang dia ingin menegaskan suatu filosofi; hanya ia sendiri yang tahu.

Yang jelas dia berbicara banyak dari sejarah Cheng Ho, dikotomi pribumi non pribumi, mayoritas dan minoritas. Ia mengaitkan semua itu dengan situasi kekinian.

Menurut penjelasan Aristo Kristandyo, Kepala Pemasaran Wings Food, yang menjadi penyelenggara acara tersebut, tema Aku Berindonesia yang diketengahkan untuk mengingatkan kembali kesadaran masyarakat pada keindonesiaan yang belakangan terusik berbagai isu yang datang dari masalah perbedaan.

"(Tema) Aku Berindonesia ini memang untuk mengajak masyarakat menunjukkan keIndonesiaan; berbicara Indonesia, bersikap Indonesia, bernilai Indonesia," ujar Aristo Kristandyo.

Lokasi acara di Gedung Arsip Nasional, Jakarta - Gbr: Zulfikar Akbar
Lokasi acara di Gedung Arsip Nasional, Jakarta - Gbr: Zulfikar Akbar
Ya, itulah alasan penyelenggara merangkul budayawan sekelas Remy Sylado berbicara banyak hal seputar keindonesiaan. Terlebih figur Remy tak asing lagi sebagai sosok penganjur inklusivitas, dan itu sering digemakan lewat berbagai karya tulisnya.

Remy terlihat gelisah atas fenomena, betapa mudahnya kebencian ditebar, permusuhan dibangkitkan, hingga persoalan kecil sengaja dibesar-besarkan. "Kita lupa, hingga menyepelekan hal-hal itu hanya membuat persatuan kita terkoyak," ia meluapkan kegelisahannya.

"Padahal," kata Remy lagi, "Jika ingin bicara soal pribumi dan non pribumi, tak ada dari moyang kita yang betul-betul pribumi, hampir semuanya adalah imigran."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun