Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Pentas Javana, Remy Sylado Bicara Indonesia

1 Juni 2017   15:07 Diperbarui: 1 Juni 2017   15:24 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Remy lagi, kecenderungan itu tidak sehat jika dikaitkan dengan keutuhan negara ini. "Bahkan sudut pandang begitu dapat dikatakan sebagai kebodohan--memilah lalu membenci hanya karena klasifikasi pribumi dan nonpribumi," Remy menggugat. "Juga tudingan yang mengafirkan orang lain, (terlepas ada di agama tertentu) tapi itu justru dijadikan cara untuk merendahkan dan menghina sesama kita sendiri."

Remy juga berkisah, jika dirinya terbilang minoritas, dan bahkan berasal dari daerah terpencil. Ada ekspresi kemasygulan diperlihatkannya saat bicara minoritas.

"Ya kalau bicara minoritas, saya sendiri pun minoritas. Sebab saya bahkan berasal dari kawasan terbilang terpencil, Minahasa," katanya lagi, seraya menunjukkan harapannya agar tak ada lagi sekat-sekat yang dibangun tapi justru rentan membuat negeri ini terpecah.

Sejatinya, apa yang disampaikannya dalam diskusi yang diadakan produk minuman Teh Javana (Wings Food) tersebut memang bukan hal baru, setidaknya bagi pembaca buku-bukunya. Ia menyuarakan bagaimana berpikir dan bersikap adil, sebagai manusia, sebagai entitas yang hidup dalam keberagaman yang memang tak dapat ditampik.

Kalaupun ada yang terbilang baru adalah sindirannya terkait penghargaan masyarakat atas karya sastra. Penghargaan dalam arti kesediaan masyarakat untuk melihat sebuah karya sebagai sesuatu yang pantas dibeli dengan harga sepadan.

"Sekarang, buku seharga 150 ribu, sekian bulan belum tentu ada habis terjual," kata peraih Satya Lencana Kebudayaan tersebut. "Beda dengan mobil merek terbaru, tak perlu menunggu lama, jumlah pembelinya membludak meski harganya jauh lebih tinggi dari buku."

Padahal, menurutnya, buku-buku itulah yang mengakrabkan masyarakat dengan bahasa Indonesia, hingga kemudian lebih merasakan identitas sebagai orang Indonesia.

"Dengan bahasa Indonesia, maka yang dari daerah manapun, Aceh, Ambon, Papua, dapat saling terhubung, berkomunikasi," Remy mengingatkan. "Dari sanalah kita makin kuat terikat, menyatu. Jadi bahasa pun menjadi sebuah hal yang sangat menentukan dalam menciptakan persatuan. Kerancuan dalam berbahasa, bisa berakibat jauh."

Suasana saat diskusi berlangsung - Gbr: Zulfikar Akbar
Suasana saat diskusi berlangsung - Gbr: Zulfikar Akbar
Hal lain yang juga diingatkan Remy adalah keberanian para penulis atau jurnalis untuk menggunakan bahasa Indonesia secara lebih bervariasi. Menurutnya, dengan cara ini, kejenuhan berbahasa Indonesia bisa terhindarkan. Selain, agar karya tulis pun menjadi lebih kaya.

Lebih dari dua jam berada di salah satu ruangan Gedung Arsip Nasional, terasa singkat. Sejatinya, masih banyak hal, isi pikiran, sosok Remy yang masih dapat digali.

Tapi pihak Teh Javana yang menjadi penyelenggara acara pun harus memberikan porsi untuk beberapa kegiatan lain. Suguhan tarian tradisional Indonesia dilengkapi nyanyian lagu-lagu nasional pun menjadi bagian acara ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun