Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Setelah Hampir Tujuh Tahun Tidak Mudik

26 Mei 2017   02:26 Diperbarui: 26 Mei 2017   18:54 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jika bepergian atas alasan apa pun, tetap lebih baik tak perlu menunggu hingga padat lebih dulu - Gbr: Pribadi

Pada 2015, dari catatan Anev, terlihat ada pelanggaran sebesar 52,83 persen dari 106 kendaraan yang diperiksa. Sementara pada 2016, dengan 261 kendaraan yang diperiksa, hanya terjadi pelanggaran mencapai 20,31 persen. Ini menjadi sebuah bentuk kedewasaan yang sangat pantas diapresiasi.

Sinyal positif juga terlihat dalam kedewasaan publik dalam berlalu lintas. Dalam dua tahun terakhir, mulai terlihat penurunan jumlah kecelakaan dalam arus mudik, berdasarkan data Polri yang juga dirilis Kemenhub via Resume Rencana Operasi Angkutan Lebaran 2017.

Itu terlihat dari jumlah kecelakaan mobil penumpang pada 2015 menyentuh angka 1.024, pada tahun lalu menurun dan hanya terjadi sebanyak 864. Sementara mobil bus yang mengalami 241 kecelakaan per 2015, hanya mengalami sebanyak 157 per 2016. Begitu juga sepeda motor, yang pada 2015 mencapai angka 4.661 kecelakaan, pada 2016 menurun menjadi 3.766.

Bagi saya pribadi, kesadaran itu juga yang saya tanam pada diri sendiri, sehingga saat ingin mudik ke Bandung pun lebih memilih sendiri, dan meminta anak dan istri menggunakan kendaraan umum yang lebih aman dan berangkat jauh-jauh hari. Terlebih mengingat lagi, jika urusan yang bisa disiasati sendiri harus melibatkan pemerintah, terasa terlalu manja. Walaupun iya, tak semua yang terpaksa mudik di masa sibuk adalah mereka yang manja.

Namun, beberapa hal yang memang masih dapat disiasati dan diatasi sendiri memang sebaiknya dituntaskan saja; semisal tak menunggu hari-hari di mana arus mudik memuncak baru bepergian. Atau jika terpaksa mengambil hari puncak, jumlah yang ikut serta dari satu keluarga hanya berjumlah lebih sedikit, misalnya, sebagian harus lebih dulu berangkat dan yang lain menyusul.

Jika tidak, menyiasati agar tak saban tahun harus pulang pun dapat menjadi pilihan--dan ini saya lakukan. Terlepas mungkin ada persoalan kerinduan akan kampung halaman, berbagai hal yang berhubungan dengan keselamatan dan berbagai hal lainnya, tetap masih layak dipertimbangkan.

Langkah-langkah sederhana begitu mungkin tak terlalu berpengaruh, tapi banyak hal dapat membawa pengaruh terlalu besar hanya karena melihat sesuatu hanya sebagai hal sederhana saja. 

Lalu, kenapa sampai tujuh tahun tak mudik? Ya, saya masih dapat mengunjungi tanah kelahiran sendiri tanpa perlu menunggu jalanan penuh atau sampai harga tiket melonjak meninggi.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun