Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Catatan dari 30 Jam Perjalanan ke Jogja

17 Mei 2017   00:11 Diperbarui: 17 Mei 2017   00:18 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terik matahari tak membuat pengunjung ICD beranjak dari tempat duduknya - Gbr: Zulfikar Akbar

Satu hal yang patut dicatat, sebagian besar komunitas itu dapat bertahan lantaran keinginan kuat untuk berbagi dan kemampuan mereka merekatkan diri antara satu sama lain. Tidak ada gesekan lantaran kepentingan, melainkan menumbuhkan semangat pertemanan, dan dedikasi untuk publik.

Gairah berkomunitas itu juga yang membuat mereka menolak adanya sekat-sekat, entah karena usia, profesi, dan pengalaman. Bahkan persoalan perbedaan keyakinan pun tidak dilihat sebagai masalah. Maka itu Isson dan Thamrin, Dian Kelana, Ouda Saija, hingga Babeh Helmi, yang terkenal sebagai senior di komunitas Kompasiana pun tetap membaur bersama kalangan muda lainnya.

Bahkan, mereka terbilang tak muda lagi. Tapi Isson, Thamrin, dan Babeh Helmi, tercatat sebagai bagian pegiat komunitas yang rela menempuh perjalanan darat dari Jakarta, hanya untuk menjadi saksi untuk pesta komunitas terbesar di Yogya tersebut.

Bagian keceriaan di Jogja menjelang kembali ke Jakarta - Gbr: Zulfikar Akbar
Bagian keceriaan di Jogja menjelang kembali ke Jakarta - Gbr: Zulfikar Akbar
Bain Saptaman, yang juga seorang guru di Kota Gudeg itu, tak ketinggalan. Kelelahannya sebagai pengajar, tak menghalanginya untuk menyambangi lokasi acara. 

Seperti juga Wily Wijaya, gadis yang bekerja sebagai pengajar di Sumatra Utara, atau Iskandar Zulkarnaen dari pelosok Lebak, Banten, pun turut ke acara itu. Wily menyempatkan ke Yogya hanya dapat bersua dengan para pegiat komunitas lainnya, seperti juga Iskandar (Pak Is) yang telah menjelang usia 60 pun menunjukkan antusiasme tinggi dan turut menempuh perjalanan darat untuk hadir ke ICD 2017 tersebut.

Gairah berkomunitas itu tak hanya menjadi kegemaran kalangan pria. Riap Windhu, Dewi Puspa, Marla La'sappe Thalib dengan putrinya Aulia Tamara Girisha, Elisa Koraag, Dessy, Okti Li, Yayat, Andini Harsono, Ibu Seno (Teh Icho), hingga Maria G. Soemitro, mewakili kalangan perempuan yang juga memiliki keinginan kuat berbagi dan belajar lewat komunitas.  

Mereka menjadi wakil dari gairah berkomunitas yang makin tumbuh di Indonesia. Beruntung bagi saya, sebagian besar dari mereka adalah sahabat saya sendiri. Bersama mereka, saya turut belajar kembali tentang berkomunitas, dan berbagi ide-ide positif, sehingga merangsang tekad kuat; berbuat yang berarti, atau mati!

Jika ditotal, waktu terhabiskan di perjalanan ke lokasi dan kembali pulang, melampaui 30 jam. Melelahkan, tapi itu terbayar dengan sejuta ide baru, bahwa ada sesuatu yang menunggu dan itu adalah berbagi hal positif tanpa pernah jemu. Terlebih, keinginan berbuat baik tak mengenal jalan buntu.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun