Desa Rangkat, salah satunya, sekaligus menjadi komunitas paling mengesankan bagi saya. Di sana mereka saling berkreasi, memotivasi, dan membangun hubungan selayaknya keluarga. Tidak itu saja, mereka pun saling berlomba dengan karya demi karya, terutama penulisan buku.
Satu dari dua prinsip yang diwakilkan dalam slogan mereka saat itu, "Connecting" menunjukkan dampaknya.
Ada juga komunitas-komunitas lain seperti Fiksiana, yang meski telah berkali-kali berganti kepengurusan, mereka masih menunjukkan diri sebagai komunitas solid dan kuat. Walaupun, iya, ada gesekan-gesekan yang sempat terjadi namun tak membuat mereka lantas patah arang. Mereka tetap mampu melakukan konsolidasi dan semua terjadi secara alami.
Padahal jika disimak-simak, mereka di komunitas-komunitas itu tidaklah dibangun dari orang-perorang yang betul-betul saling mengenal secara dekat di luar ranah internet, kecuali beberapa saja. Tapi justru di situ keajaiban terjadi, mereka mampu membangun kepercayaan, hingga mereka acap mampu melakukan berbagai kegiatan dan sukses.
Agil Batati yang acap disapa dengan Kong Ragile, salah satu pengguna senior Kompasiana yang juga andal di dunia teknologi informasi, dan telah lebih lima tahun berkecimpung di sana, pernah berpendapat bahwa perbedaan-perbedaan yang ada di media itu pun memiliki sisi menarik tersendiri.
"Dari semua kalangan dapat berkumpul di sini, bisa menjadi saudara, dan ini sesuatu yang terbangun dari kekhasan dunia cyber, satu sisi. Tapi, justru ketika mereka bisa melakukan banyak hal begitu, di situ terlihat keberhasilan sebuah media seperti Kompasiana," katanya, dalam sebuah perbincangan di Taman Ismail Marzuki,sekali waktu.
"Tidak masalah adanya konflik sekalipun antara sesama pengguna, atau pengguna dengan pengurus Kompasiana, tapi toh selama ini semua baik-baik saja. Dinamika seperti itu justru membantu membuat semuanya menjadi lebih dewasa dan terbiasa dengan hal-hal yang berbeda," ucap sahabat berdarah Arab tersebut.
Ya, sedikitnya itulah yang terejawantahkan dari prinsip Connecting.
Tjiptadinata Effendi, 73 tahun, yang tercatat sebagai salah satu blogger tertua sekaligus paling produktif menulis di media itu, pun pernah mengakui efek magis dari slogan lama dianut Kompasiana.
"Magnet yang sangat kuat menarik saya untuk bergabung di Kompasiana adalah motonya yang berbunyi ”Sharing and Connecting”. Mengapa? Karena dalam perjalanan hidup, falsafah yang senantiasa menjadi kompas atau penuntun arah bagi saya adalah ”life is to share”, yang artinya hidup adalah untuk berbagi," ucap sosok yang juga dinobatkan sebagai Kompasianer of the Year 2014 tersebut.
Lalu, apakah slogan baru yang digaungkan memasuki tahun 2017 adalah sebuah kekeliruan atau memang sesuatu yang betul-betul dibutuhkan?