Ada beberapa film lainnya, namun sejauh ini lebih berangkat dari sisi feel yang ada di sana. Maka itu andai saja para sineas lebih tergerak lagi untuk berinisiatif seperti ditunjukkan Ari Sihasale dan Acho.
Pasalnya masih ada banyak tempat yang sejatinya dapat dipamerkan lewat film-film itu sehingga lebih menyita perhatian publik, domestik dan mancanegara. Lebih-lebih jika dieksplore lebih jauh seputar Puncak Jaya Wijaya yang memiliki gletser alias salju kekal--meski ini berat. Atau, menjadikan satu kampung bernama Sawinggrai yang berada di Raja Ampat, yang memiliki keistimewaan karena burung cenderawasih yang menjadi ikon Papua, justru hidup di alam bebas di desa tersebut.
Belum lagi dengan Danau Sentani, yang bikin saya sempat mengkhayalkan jika ada film cinta "dahsyat" dibuat di sini. Juga Danau Paniai, terbilang sangat menjanjikan, untuk membuat sebuah film terasa "lebih Indonesia", dan bagi wisatawan dapat merasakan keaslian negeri ini di sini.
Saya termasuk belum cukup beruntung, karena belum pernah ke sana. Kecuali saat beberapa teman yang memang berasal dari sana, kembali ke Jakarta, bersua di berbagai tempat untuk sekadar menanyakan perkembangan di sana. Maka itu, sejauh ini baru bisa menikmatinya lewat film-film, mainstream atau sekadar film-film dokumenter. Terlebih jika mendengar atau melihat foto-foto teman yang pulang dari Raja Ampat, cukup mampu membuat saya merasa jatuh cinta. Ya, sebuah perasaan cinta yang pasti dirasakan oleh siapa saja yang mau menggali seperti apa tempat indah di tanah Papua sana.*
FACEBOOK: Â https://www.facebook.com/zoelf.achbar
TWITTER:Â https://twitter.com/zoelfick
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H