Lalu, dia pun menelurkan tulisan yang dapat dikatakan memang ditujukan untuk mengompori publik. "Jangan Malu untuk Memulai!" yang memang juga memberi kesan kuat dan kental jargon, agitatif, dan memang berdampak.
Tulisan dia itu sendiri saat itu hanya dibaca oleh 444 orang, angka yang sangat dihafal olehnya dan acap disebutkan saat tampil di dalam talk-show di berbagai media televisi, atau sedang memberikan ceramah seputar dunia citizen journalism.
"Itupun hanya mendapatkan tiga komentar, dan dua komentar lainnya dari saya sendiri sebagai balasan untuk mereka yang menanggapi artikel itu," ceritanya.
Apa yang terjadi kemudian, menabrak skeptis yang sempat menghantuinya. Kompasiana mampu melawan sosial blog ternama seperti Stomp di Singapura, OhMyNews di Korea Selatan, hingga NowPublic di Kanada--yang berdiri pada 2005 namun gulung tikar pada 2013 .
Bagaimana bisa terjadi? Tak lain karena anggota terdaftar pun mendekati satu juta penulis! Dengan penulis sebanyak itu, hampir seribuan tulisan bisa tayang di Kompasiana per harinya.
Jangan tanya tentang jumlah pembaca, jika dulu hanya ratusan di awal kemunculannya, beranjak jutaan dihitung per bulan, belakangan justru bisa menembus angka jutaan pembaca dalam sehari!
Berbagai cara pun dilakukannya untuk membuat para penulis di Kompasiana kian termotivasi. Di antaranya, diadakan halaman khusus untuk kawasan tertentu, menjadi suplemen di Kompas yang dipilih dari tulisan terbaik di Kompasiana.
Tak berhenti di sana, belakangan sempat muncul juga muncul suplemen lain, Freez. Namun di era suplemen terakhir itu, para penulis yang artikelnya masuk di sana mendapatkan imbalan yang layak.
Apa yang dilakukan penulis yang terpilih di halaman suplemen itu, tak sedikit yang meng-capture artikel-artikelnya yang dimuat di Freez tersebut. Dari sana, Kompasiana mendapatkan keuntungan, membangun jaring laba-laba, penulis tadi menjaring penulis lainnya, sehingga jumlah penulis di media tersebut pun kian meraksasa.
Inovasi menjadi kata kunci lain dari perkembangan Kompasiana yang digawangi Pepih sebagai otaknya, termasuk melakukan terobosan dengan menobatkan para penulis yang gemar dengan topik tertentu, tampil di Kompas TV bersama para pakar di berbagai bidang.