Tapi di balik segala obrolan saya dengan beliau, saya pun mengakui, sahabat saya ini memiliki selera fashion lebih baik dibandingkan saya. Jadi, sepanjang obrolan itu berlangsung saja, saya berkali-kali merutuki diri sendiri, kokya saya awam sekali dunia satu itu.
Tiba di lokasi acara, saya sempat mengintip-ngintip berbagai booth yang ada di sana, dari yang memamerkan pakaian terkini wanita, hingga pakaian anak-anak.
Tak hanya itu, saya juga berusaha menyimak keramaian, yang memang diramaikan dengan berbagai gaya berpakaian. Tak ada tempat bertanya, apalagi tempat mengadu (apa lagi ini?). Jadilah saya hanya memelototi baju demi baju yang ada di sana.
Jadi, yang saya simak saja proses para model menikmati cat-walk yang membuat mata saya seperti kucing melihat mereka lenggak-lenggok.
Dery, menjadi salah satu awak marketing yang kenyang asam garam penjualan mobil, menjadi lawan obrolan yang asik juga. Dia dapat bercerita banyak tentang bagaimana satu tipe mobil yang masuk kategori “pendatang baru” harus berebut pasar dengan mobil-mobil yang telah dikenal lama dan bahkan memiliki penggemar terbilang militan.
“Sienta menghadapi situasi yang tak jauh berbeda dibandingkan mobil-mobil lain yang pernah diproduksi oleh Toyota,” dia bercerita, persis di pintu masuk lokasi acara. “Kami melakukan promosi, kami bersaing dengan produk-produk kompetitor, dan kami berusaha mencari pasar tersendiri.”
Menurutnya lagi, di awal kemunculan sebuah produk mobil, salah satu tantangannya adalah mencari cara untuk mendapatkan pasar tersendiri. “Sebab di luar mobil yang menjadi produk kami, kompetitor pun lebih dulu mengeluarkan mobil yang lebih kurang memiliki kemiripan,” dia menambahkan.
Namun dia optimistis bahwa kerja keras pihaknya takkan sia-sia. Salah satu alasan sekaligus motivasinya dari tim penjualan adalah fakta bahwa produk-produk lain yang pernah diluncurkan Toyota sebelumnya juga sukses meski pihaknya harus bekerja ekstra keras.
Dia mencontohkan dengan keberadaan Fortuner, yang di masa lalu sempat pula bertarung dengan kompetitor, namun akhirnya tetap saja mendapatkan pasar tersendiri. “Sebab selera pasar itu menarik, mereka tak selalu menyoalkan seputar harga, melainkan lebih ke sisi mana yang paling selaras dengan selera mereka,” Dery menambahkan.