Secara tak langsung, film ini mengangkat Indonesia. Alasannya, Candi Borobudur yang dijadikan sebagai salah satu tempat yang sangat ditonjolkan, ini jelas membantu memperkenalkan satu tempat yang selama ini menjadi simbol kebesaran peradaban dan sejarah di Indonesia.
Selain itu, juga digambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia di Pulau Jawa. Ini, dari sudut pandang internasional, jelas merupakan satu hal cukup layak diapresiasi. Pasalnya, jika hanya dengan film dokumenter takkan begitu saja menggugah orang luar mengenal negeri ini, maka dengan film ini justru akan membantu itu terjadi.
3. Tidak terlalu menonjolkan kekerasan
Sisi ini bagi saya merupakan satu kelebihan yang berada di atas kelebihan lainnya yang dimiliki film ini. Memang, terdapat beberapa kekerasan di dalamnya, apalagi Java Heat memang film laga. Namun, kekerasan di sini tidaklah terlalu vulgar. Beberapa aksi duel yang ditampilkan tidak begitu telanjang menampakkan sisi kekerasan itu.
Bahkan, jika di beberapa film lain yang memuat soal penculikan cenderung mengerasi tahanan untuk menguatkan akting pemain, di sini justru tak terlalu dimunculkan. Terdapat scene saat Letnan Jake ditahan karena dicurigai terlibat pengeboman, namun dalam ruang pemeriksaan ia nyaris tidak disiksa. Dari sisi ini, jelas itu menjadi sesuatu yang berbanding terbalik dengan yang kerap kita dengar di tengah masyarakat yang pernah mengalami ruang pemeriksaan di kepolisian.
Di sini, saya tidak mencoba mengulik kelemahan film ini hanya karena pertimbangan tak terlalu banyak film Indonesia yang bisa disandingkan dengan Java Heat! (FOLLOW: @zoelfick)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H