Kejadian-kejadian yang dibaca dan disimak oleh Pepih, siapa nyana kian membuncahkan ilham baginya. Di sini kelebihan seorang wartawan, di saat sesuatu begitu terpikir olehnya, maka ia akan menyalurkan 'birahinya' ke dalam tulisan. Buktinya, Pepih kemudian menjadikan masalah yang mengaduk rasa penasarannya sebagai sebuah artikel yang dimuat Kompas edisi Senin, 15 Mei 2006 bertitel: Kita Semua Wartawan (artikel ini juga dituangkan Pepih dalam buku Citizen Journalism--Untuk lebih jauh, saya hanya bisa merekomendasikan untuk membaca buku yang ditulis "sang bidan" Pepih yang saya kutip dalam tulisan. ).
Siapa bisa menduga, sebuah perasaan penasaran kerap melahirkan ide-ide brilian. Hari ini, Kompasiana yang sudah kian membesar hari ini, justru lahir juga dari perasaan penasaran itu. Pergulatan pikiran yang bergumul dengan rasa penasaran seorang Pepih, maka lahir Kompasiana. Satu wadah yang menurut saya hari ini kian menjadi magnet, mampu menjembatani siapa saja yang memiliki minat dalam kepenulisan. Menciptakan wadah untuk ribuan orang bisa berbagi, tak peduli latar belakang mereka, profesi mereka apa, atau usia mereka. Maka bagi saya, "blog keroyokan" seperti Kompasiana ini merupakan media yang sudah menabrak berbagai ketidakmungkinan, melabrak kekakuan, dan menyentak-nyentak pikiran siapa saja untuk terpacu melihat: bahwa semua manusia merdeka berhak untuk bicara, Kompasiana menjadi salah satu tempatnya. (FOLLOW: @ZOELFICK)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H