Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekuatan Perempuan Hadapi Kelamnya Hidup

14 Desember 2010   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:45 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setahun kemudian, dia memperoleh pekerjaan pertamanya di dunia pertunjukan sebagai penyiar berita di stasiun radio lokal. Mereka bahkan membayarnya $100 per minggu, yang terhitung besar buat siswa sekolah menengah pada tahun 1970-an. Oprah mempertahankan pekerjaannya, bahkan setelah dia memperoleh beasiswa ke Universitas Negara Bagian Tennessee dan mulai masuk perguruan tinggi. Pada usianya yang ke-19, ia ditemukan oleh sebuah stasiun televisi di Nashille untuk dipekerjakan sebagi wartawan dan penyiar berita. Sekarang? Dunia jamak tahu seperti apa sudah pencapaian perempuan yang pernah mengalami keterpurukan dalam hidupnya itu.

Tunggu dulu! Saya juga pernah terkesima dengan figur seorang perempuan yang pernah diangkat dalam salah satu edisi Majalah Reader Digest Indonesia. Seorang perempuan yang pernah mengalami pengalaman yang terburuk dari yang bisa dibayangkan seorang perempuan, barangkali. Terpaksa menjadi pelacur dan disebut-sebut pernah harus melayani puluhan lelaki dalam satu malam.
Diceritakan, Somali lahir di desa Bau Sra, Kamboja.Perempuan ini samasekali tidak tahu kapan dilahirkan. Dia hanya bisa meraba-raba tahun kelahirannya antara 1970 atau 1971.

Ketika Amerika menyerang Kamboja, Somaly masih balita. Sampai, tidak lama kemudian pada 1975-1979, Khmer Merah berkuasa. Ini menjadi awal petaka yang harus dialami gadis kecil itu. Banyak masyarakat sekampungnya dipindahkan ke kamp kerja paksa. Di sana, mereka yang tertawan dipekerjakan layaknya budak. Sebagian lainnya dipaksa berjuang demi rezim itu. Saat itulah dia harus berpisah dengan neneknya. Di sini, Somaly harus menjalani peran hidup sebagai seorang anak terlantar.

Sedikit beruntung, sebuah menaruh kepedulian terhadap gadis yang belum tahu apa-apa itu. Tuhan memberikan tangan-Nya lewat Taman, seorang pria yang berasal dari suku Khmer tetapi istrinya berasal dari suku Phong. Walaupun sudah diasuh oleh keluarga itu, Somaly sering merasa sedih. Sebagai seorang gadis kecil, dia juga kerap melamunkan seorang ibu yang akan memeluk, mencium dan membelainya seperti yang sering ia lihat dilakukan istri Taman pada anak-anak mereka.

Jelang usia 10 tahun, keluarga Taman kedatangan tamu yang diperkenalkan sebagai kakek. Taman mengatakat,orang tersebut akan membantu Somaly menemukan keluarganya. Somaly, dengan pikirannya yang masih begitu polos, menganggap bahwa orang tersebut benar-benar kakeknya.

Di luar perkiraan yang sanggup dijangkau keluguannya, rasa senangnya hanya berlangsung sesaat. Lelaki yang dikira sebagai kakeknya malah menyuruh Somaly bekerja pada orang lain untuk mendapatkan upah. Tak hanya itu, ia juga sering dimarahi dan dipukul saat melakukan kesalahan sekecil apa pun.

Juga tidak terhenti sampai di sana, Somaly dijadikan 'pembayar' hutanglelaki tua tersebut pada seorang pedagang Cina. Dengan cara licik, Somaly disuruh mengambil minyak di kedai pedagang Cina, tempat biasanya Somaly membeli barang-barang. Di tempat itu, Somaly diperkosa oleh pedagang tersebut. Belakangan, Somaly tahu bahwa itu adalah bagian dari cara culas lelaki yang masih dikira kakeknya dengan pedagang tersebut.

Semakin hitam langit kehidupannya, saat Somaly dijual ke rumah pelacuran. Tempat ini menjadi neraka yang sebenarnya bagi perempuan ini. Somaly sering diperkosa dan disiksa. Meski ia menyimpan marah cukup besar, namun ketidakberdayaannya membuat ia tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya menjalani semua yang bisa ia lakoni. Disebutkan memang, di sini beberapa kali Somaly juga berusaha kabur. Namun, rumah pelacuran itu memiliki konco-konco yang sigap, sehingga ia bisa ditangkap dan dikembalikan untuk menjalankan peran hidup sebagai seorang perempuan pelacur. Akhirnya Somaly pasrah dengan hidupnya, karena saat dia kabur dan kemudian berhasil ditemukan dia akan mendapat siksaan yang lebih menyakitkan.

Pagi datang seusai malam pulang. Somaly berubah saat dia berkenalan dengan seorang warga asing yang berasal dari Prancis bernama Pierre. Pierre bekerja pada sebuah lembaga kemanusiaan. Semula Pierre adalah salah satu klien rumah bordir tempat Somaly bernaung. Setelah beberapa kali mereka bertemu Pierre jatuh cinta terhadap Somaly, bahkan kemudian mengajak Somaly menikah. Pernikahannya dengan Pierre membuat status sosial Somaly diperhitungkan.

Somaly sering kali datang ke tempat kerja suaminya di klinik Medecins Sans Frontieres (MSF). Sampai kemudian Somaly menawarkan diri kepada bos suaminya untuk bekerja sebagai relawan. Permohonan Somaly dikabulkan, mulailah Somaly setiap pagi bekerja di MSF.

Somaly tidak ingin nasib yang menimpa dirinya terjadi terhadap anak-anak yang lain. Karenanya setelah dia terbebas dan ada kesempatan menyelamatkan anak-anak korban trafficking, dia memanfaatkan peluang itu. Saat di MSF itulah Somaly sering menjumpai para PSK yang berobat karena penyakit kelamin. Somaly menjadi miris, mengenang masa lalunya. Lebih miris lagi saat yang datang ke klinik tersebut adalah anak-anak masih belia. Bermula dari situ kemudian Somaly berkeinginan membantu para PSK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun