Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Darah Pelanggan Raja Singa

6 Mei 2010   09:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:22 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sedangkan Laila sendiri? Yap, dengan berat hati, Bidan Ratna memintanya untuk ikuti ajakan kakaknya kembali ke desa.

“Nanti, kalau memang masih ingin kerja juga di sini, silahkan saja datang ya Kak Laila.” Meskipun Laila lebih muda, Bidan Ratna kerap memanggilnya dengan Kak, sebagai bentuk penghormatan perempuan gemuk tetapi berhati bersih itu pada Laila perempuan pemain sandiwara.”Kapan saja nanti Kak Laila ke sini, pintu rumah ini selalu terbuka  untuk kedatangan Kak Laila, jangan khawatir. Cuma sebaiknya, memang kalau keluar rumah itu harus seizin suami.”

Laila hanya bisa mengangguk dengan segudang perasaan bersalah. Kalung emas seberat 10 gram milik Bidan Ratna yang sebenarnya masih berada di leher, dilepaskannya seketika dan diberikan pada Laila.”Mungkin kapan dibutuhkan nanti bisa Kak Laila jual saja.” Sambil juga berikan uang sebesar 20 ribu rupiah. Bagaimanapun kerasnya hati Laila, tetapi dengan kelembutan dan ketulusan Bidan Ratna, cukup bisa membuat perempuan yang jarang menangis dengan kejujuran itu sekarang menangis benar-benar menangis. Kali ini murni bukan tangis sandiwara. Sungguh-sungguh air mata yang keluar karena terharu.

Hanya 30 menit saja Laila kumpulkan pakaiannya. Ia berangkat pulang setelah memeluk Bidan Ratna sebagai ucapan perpisahan yang tidak jelas sampai kapan. Ia juga bersalaman dengan Nek Sari, ibu Bidan Ratna yang tidak tahu menahu apa yang terjadi. Bahkan ketika tadi suara ribut-ribut di luar, beliau sedang lelap tidur tanpa terpengaruh sama sekali.

Sebuah tas berbentuk kotak plastik segi empat yang menjadi tempat pakaian Laila, dompet kecil yang

[caption id="attachment_134742" align="alignright" width="300" caption="Doakan ibumu, Nak"][/caption]

juga pemberian Bidan Ratna. Kakak beradik, Mak Suh dan Laila itu berpamitan. Jeuram menjadi tujuan karena Mak Suh tinggal di sana. Setiba di kota kecamatan itu. Tidak langsung dibawanya Laila ke tempat tinggal Hasan bersama anak-anak. Melainkan disuruhnya Laila berdiam dulu di rumah Mak Suh.

Keesokan harinya. Baru, Hasan di jemput saudara Laila lainnya, Mak Kib di Pulo Raya untuk datang ke Jeuram. Sebelum berangkat, Mak Keudee sempat titipkan pesan. ”Seperti apapun sakit hatimu pada ibunya anak-anakmu ini. Mak titip pesan, jangan kau pukuli dia. Tunjukkan sikapmu, seolah-olah tidak ada masalah. Kau harus ingat pesan Mak.” Berangkatlah Hasan ke Jeuram bersama saudara kandung Laila itu. Di pikiran, berkecamuk marah, rindu, benci, cinta. Campur aduk.

———— To be continued [Sebuah cerita yang diangkat dari kisah nyata yang pernah terjadi di negeri syariat: Aceh]. Dedicated to: Perempuan miskin di negeriku Sumber Gambar: di sini dan di sini juga sini ————– Tulisan terkait: 1. Kenapa Telanjangi Laila 2. Keringat Laila. 3. Dada Laila 4. Meniduri Laila 5. Malam Pertama Laila 6. Perselingkuhan Perempuan Desa 7. Lelaki lain di Kamar Laila 8. Berita dari Kamar Laila 9. Hanya Selingkuh Biasa, Laila 10. Menyembunyikan Perselingkuhan. 11. Perempuan itu Menjual Diri 12. Jalan Meneruskan Perselingkuhan 13. Peselingkuh Kena Batu. 14. Saat Ibu Menyiksa Anaknya 15. Aku Malang, Istriku Jalang 16. Istriku Jalang Mengejar Lajang 17. Demi Selingkuhan 18. Istriku Jalang dan Lelaki Malaikat 19. Ibu Anakku: Perempuan Bergilir 20. Lepas Setubuh Subuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun