Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Malang, Istriku Jalang

4 Mei 2010   11:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:25 1721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

***

Jelang sore, Ramat terbangun persis sebelum ayahnya pulang. Saat itu juga Laila meminta ke anaknya

[caption id="attachment_133043" align="alignright" width="300" caption="Selalu ada celah untuk bunga tumbuh di jambangan yang salah"][/caption]

itu tidak ceritakan apa saja yang sudah dilakukan terhadapnya. Karena takut disiksa kembali, Ramat pun mengiyakan dengan anggukan pelan.

Hasan pulang. Kali ini Laila terlihat lebih ramah dalam menyambut kepulangan suaminya itu. Nasi sudah terhidang dengan kawan nasi berupa oen pakue (daun pakis) yang dimasak dengan minyak dan cabe lengkap dengan asam sunti (asam yang dibuat dari belimbing wuluh--Aceh: boh limeng). Menu makanan khas Aceh. Tak lupa secangkir kopi sudah terhidang di meja kecil segi empat yang diletakkan berdempetan dengan dinding kamar sisi belakang.

Sempat terbetik rasa heran di hati Hasan dengan sesuatu yang tidak lazim dari istrinya ini. Hanya karena memang Hasan tidak banyak bicara, maka ia juga nikmati saja semua yang terhidang itu. Si kecil, Ramat terlihat sedang mencongkel-congkel tanah tidak terlalu jauh dari Hasan makan. Sesuatu terasa mengganjal hatinya lagi."Pakoen aneuek kee leumah laen sang bak iduek, jaroe jih pih agak meubagoe deueh. (Kenapa anakku terlihat lain waktu duduk begitu, tangannya juga terlihat lain?)" Tanya Hasan pada diri sendiri.

Memang, Ramat duduk hanya dengan pantat sisi kirinya saja karena yang kanan terdapat luka. Tangan kanannya juga sakit karena tadi siang dihiela (ditarik-tarik) ibunya yang juga mengakibatkan pantat kanan sekaligus juga terluka, maka ia kesulitan untuk duduk dengan tenang.

Mencoba untuk tanyakan. Tetapi justru Laila yang menjawab,"tadi dia lari dengan anak-anak tetangga, sambil tarik-tarikan, sampai jatuh. Sampai pantatnya juga ikut luka." Meskipun telinganya mendengarkan penjelasan Laila, tetapi matanya mencoba melihat mata si Kecil, Ramat. Sesuatu ditemukannya di sana!

Ah, tetap saja Hasan tidak bisa pahami terlalu jauh makna mata dari bocah kecil seperti Ramat. Walau sorot matanya jelas sekali menunjukkan, bahwa ibunya hanya berdusta. Baru beberapa minggu kemudian masalah itu terang. Itupun Mak Teh sendiri yang beritahukan padanya. Dasar Mak Teh. Walaupun dekat dengan Laila, tetapi tetap saja tidak kenal dengan yang namanya rahasia. Sampai, pasangan muda itu kembali bertengkar saling maki. Sampai kedua orang tua Hasan yang sudah meninggal ikut dikata-katain Laila.

Hampir saja tangan Hasan terayun ke muka perempuan itu kalau bukan karena iba melihat anaknya, Ramat bergelayut di kakinya menangis. Jelas bocah kecil yang belum lewat 3 tahun itu tidak mengerti kenapa kedua orangtuanya saling teriak dan saling maki, maka ia hanya bisa menangis saja meluapkan ketakutannya. Pasangan muda seperti Hasan dan Laila tidak pernah tahu pelajaran bahwa bertengkar antara suami istri tidak baik dilakukan di depan anak, maka mereka langsungkan saja warisan anjing dan kucing itu di depan anaknya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun