Bagi saya pribadi, di luar soal fitur-fitur yang dimiliki R-25, juga tertarik dengan bobot motor ini yang mencapai 166 kg. Menariknya, dalam bobot sebesar itu, justru tidak terasa saat mendudukinya, terlebih saat motor tersebut sudah dijalankan. Di sini, dalam hemat saya, membuatnya menjadi lebih mudah untuk dikendalikan. Paling tidak, berbicara kemungkinan risiko di jalan akibat sulit mengendalikan beban motor, takkan terjadi pada R-25. Artinya, berat yang mencapai 166 kg, takkan menjadi beban bagi pengendaranya.
Dari sisi spesifikasi motor, R-25--berdasarkan penjelasan dalam sesi diskusi--memiliki tipe mesin 4 langkah, 8 valve DOHC, dan berpendingin cairan. Untuk perbandingan kompresi, 11:1. Sementara untuk sistem pengapian, motor ini menggunakan TCI atau Transistorised Control Ignition.
Maklum, motor yang sarat tenaga seperti R-25 menggunakan TCI karena alasan memiliki kemampuan melakukan transfer tegangan tinggi ke busi. Walaupun, dalam hal sistem pengapian, memang terdapat sistem lain yang disebut dengan CDI atau Capacitor Discharged Ignition. Namun kemampuan transfer tegangan tinggi itu, menurut beberapa sumber dari kalangan pakar motor, TCI memiliki kemampuan lebih besar--untuk perbandingan dengan motor yang menggunakan CDI, bisa dengan menjajal Yamaha Vega.
Dalam hal daya maksimum, motor berbodi besar ini, sesuai bentuknya, memiliki daya mencapai 26,5 KW, atau 12.000 rpm. Diimbangi dengan ban depan dan belakang, tubeless 110/70-17m/c (54S) dan 140/70-17m/c (66 S). Sedangkan dalam hal suspensi, untuk depan memiliki telescopic fork berdiameter 41 mm, sedangkan belakang monocross suspension.
Hal unik lainnya yang dimiliki motor tersebut, bagian lain yang menarik perhatian saya adalah bentuk lampu depan yang menggunakan DC Halogen 12V,55W (H7), "Selain alasan untuk kebutuhan penerangan, terutama di malam hari, tapi tentunya agar bentuk lampu juga memperlihatkan karakter pengendaranya, sehingga terkesan elegan," salah seorang perwakilan Yamaha lainnya, menjelaskan.
Well, sesi test-ride masih tetap menjadi sesi yang paling dinanti-nanti. Di sini saya melihat kembali antusiasme teman-teman Kompasianer untuk menjajal motor yang telah merangsang mereka. Peralatan test-ride yang disediakan pihak penyelenggara, diserbu, dan saya berada di antara Kompasianer yang tidak mendapatkan kesempatan pertama menunggangi R-25 ini.
Beruntung, Arif Subagor yang lebih dulu mendapatkan kesempatan, begitu selesai ia menguji kendaraan yang kental dengan aura manly itu, bergegas ia memberikan sarung tangan hingga peralatan safety-riding ke saya. Aha, dan saya mendapatkan kesempatan itu.
Rasa penasaran saya tuntas, namun durasi untuk kesempatan menjajal motor tersebut tak membuat saya puas. Maklum, lokasi yang menjadi tempat test-ride, secara kebetulan, hanya memiliki luas sekitar 2x300 meter. Tak pelak, saat sesi diskusi, kepada perwakilan Yamaha, saya sempat menanyakan,"Apakah tidak ada rencana melakukan touring menggunakan R-25 yang melibatkan Kompasianer?" Jawaban yang saya rekam adalah, "Kita akan usahakan untuk menyampaikan gagasan ini kepada atasan!" Tapi tentu saja, berbicara puas, takkan benar-benar tuntas, sebelum tunggangan itu menjadi milik sendiri, bukan?
[caption id="attachment_360717" align="aligncenter" width="560" caption="Para rider kompasianer yang direkam Harja Saputra di Kompasiana Nangkring bareng Yamaha R-25, menjelang pulang (Gbr: Harja Saputra)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H