Misal saja, ketika Jokowi sempat mengajukan permintaan menyusul kepastian kemenangannya di Pilpres, agar semua relawan tidak bubar, tapi bisa menjadi bagian dari timnya dalam menjalani pemerintahannya. Paling tidak agar ia dibantu untuk bisa mengontrol jajaran pejabatnya.
Apakah aktivis jejaring sosial yang berpayung di @PartaiSocmed mengiyakan begitu saja? Lagi-lagi mereka menunjukkan karakter tegas, "Jujur saja kami agak terkejut dgn statement Jokowi yg meminta relawan tidak bubar dan menjadi mata dan telinganya," bunyi salah satu tanggapan mereka via cuitan. "Karena ini jelas sudah menyalahi makna dari kata "relawan" itu sendiri. Menjadi relawan bukanlah profesi atau jabatan politik apapun!"
Dalam pernyataan sikap mereka terkait ajakan Jokowi tersebut, mereka menilai itu justru akan menimbulkan kekacauan tersendiri. Akan timbul ketidaknyamanan di kalangan pegawai pemerintahan
"Alih-alih akan melahirkan sistem kontrol yang baik. Model memanfaatkan relawan sbg mata-mata ini justru akan melahirkan penyelewengan-penyelewengan baru. Yang harusnya dilakukan Jokowi adalah merombak sistem agar lebih efektif, efisien dan transparan. Bukan mengoptimalkan peran relawan sebagai mata-mata!" bunyi cuit lainnya di hari yang sama, (23/8).
Sikap-sikap kritis demikian masih terus dipertahankan oleh @PartaiSocmed. Meski terkadang harus menghadapi cacian dari "kalangan sendiri", tapi para aktivis yang enggan unjuk diri secara personal itu, memilih fokus pada misi mereka. Lewat karakter itu, mereka tidak menggurui, tapi menunjukkan bahwa sumbangsih yang sebenarnya jika di sana tidak terdapat pamrih, dan mereka membuktikan itu. (Twitter: @zoelfick)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H