Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Membuka Kartu TrioMacan2000

3 November 2014   18:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 3311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_371609" align="aligncenter" width="560" caption="(m.tribunnews.com)"][/caption]

Keberadaan akun Trio Macan di jejaring sosial Twitter masih menjadi fenomena. Mereka mampu melempar banyak isu yang disantap ribuan follower, dan kerap membuat ketar-ketir banyak kalangan. Apa saja yang mereka bicarakan kerap menjadi bahan diskusi banyak pihak, dan tak jarang menjadi kutipan berbagai media. Berawal dari akun @TrioMacan2000, belakangan berubah menjadi @TM2000Back. Kini, Raden Nuh yang dinilai sebagai aktor utama di balik akun tersebut terkena batunya. Ia diringkus setelah bertahun-tahun lewat akun Trio Macan menghebohkan ranah jejaring sosial.

Kiprah Raden Nuh dkk sudah berlangsung sangat lama. Sekilas, apa-apa yang diangkat olehnya lewat @TrioMacan2000 terkesan sebagai dedikasi mereka untuk berkontribusi melawan masalah korupsi dan ketimpangan di Indonesia. Jika saja itu benar, tentu hal itu merupakan satu hal yang sangat layak diapresiasi.

Sayangnya, kelebihan berupa pengaruh yang dimiliki, tak sepenuhnya digunakan untuk tujuan yang tadinya terlihat elok. Mereka justru menjadikan hal itu sebagai dagangan. Terbukti, dari pengakuan Raden Nuh sendiri di situs Asatunews.com, kiprahnya itu berbuah lahirnya perusahaan yang menguntungkan.

Seperti disebutkan olehnya di situs tersebut, perjalanan panjang dirinya, membuat ia bisa mendirikan perusahaan media yang ditujukan menjadi semacam media holding, dan menargetkan untuk mengalahkan detik.com dan vivanews.com.

Bisa dibayangkan, untuk mendirikan sebuah perusahaan media, maka dana yang dibutuhkan tidak lagi berada dalam kisaran ratusan juta saja, melainkan miliaran.

Namun perjalanan medianya, diakui oleh Nuh, tak berjalan mulus lantaran investor yang awalnya menjanjikan akan menggelontorkan uang berapapun yang dibutuhkan, tak menepati janji mereka kepadanya. Alhasil perusahaannya itu kembang kempis, karyawan banyak hengkang, dan mereka lantas dibelit utang berjumlah besar.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, dalam kondisi terpuruk, ia lantas diringkus pihak kepolisian menyusul tuduhan bahwa ia dan kelompoknya melakukan pemerasan. Lewat situs miliknya lagi, ia menyebut dirinya bukanlah figur yang mudah goyah dengan uang. Bahkan saat di rekeningnya hanya tersisa tak lebih dari Rp 4 juta pun, ia tak tergiur dengan iming-iming uang yang mencapai triliunan.

Ya, itu merupakan pledoi Raden Nuh, setelah pihak kepolisian mengarahkan bidikan kepadanya dan kelompoknya. Pledoi yang juga sekaligus menelanjangi dirinya, bagaimana ia berambisi membangun sebuah media, dan langkah-langkah yang ia tempuh. Lebih mirip sebuah curhatan atas kegagalannya, lantaran awalnya menyangka satu langkah buruk bisa mengantarkannya ke arah hasil yang baik.

Saya mencoba mengamati bagaimana kondisi Twitter @TM2000back. Cuitan terakhir di akun tersebut bertanggal 30 Oktober 2014. Artinya, Oktober menjadi akhir dari eksistensi akun tersebut. Jika memang setelahnya akun ini tak lagi aktif, bisa diprediksi, pohon uang Raden Nuh dan kawan-kawan telah gugur.

Bukan apa-apa, tapi jamak diketahui, bahwa akun Twitter itu jauh lebih terkenal dibanding situs yang digadang-gadang ingin dijadikan sebagai Media Holding mereka di masa depan setelah lima tahun.

Namun pertanyaannya, apakah pembungkaman terhadap Raden Nuh dan kawan-kawan berikut akun Twitter yang menjadi senjata andalannya itu apakah sebuah keputusan yang tepat?

Saya tertarik menyimak berbagai cuitan yang cenderung mendukung mereka. Bahwa akun itu dilihat mereka tak ubahnya pahlawan yang layak dihargai dan dibela. Selidik punya selidik, yang memprotes pembungkaman atas akun tersebut adalah mereka yang cenderung memiliki kepentingan politik, atau paling tidak mereka yang selama ini berada di kubu politik yang sangat terbantu oleh akun tersebut.

Maklum, lewat akun Twitter itu, banyak pejabat publik dan tokoh politik dengan leluasa diserang oleh mereka. Mereka membeberkan banyak hal, yang terkesan sebagai sebuah kebenaran.

Bahkan, kiprah Trio Macan, juga sempat membuat tertarik seorang jurnalis ternama Tempo, Badja Hidayat yang juga menuliskan cuitan berisikan pengakuannya pernah bertemu langsung dengan pengelola akun Twitter itu.

Bagja menuliskan cuitannya per 1 November, berisi pengalamannya dua kali bertemua dengan Raden Nuh dan kawan dekatnya. Ia menyebut alasannya menemui sosok tersebut karena ketertarikannya bahwa sebelumnya Trio Macan mengaku memiliki data-data penting yang faktual.

Tapi setelah pertemuan demi pertemuan itu, alih-alih mendapatkan data yang dibutuhkan, Bagja hanya mendapatkan bahan-bahan dari berbagai media online yang sebagiannya tak lebih merupakan hasil cuitan dari akun itu.

Di depan Bagja, paling tidak Raden Nuh dan rekannya itu mengaku memiliki data korupsi pupuk di Kementerian Pertanian. Nuh juga menyebut kasus itu melibatkan banyak pihak, dari DPR hingga kejaksaan.Info-info itu, dicuitkan Bagja, diketahui Nuh berasal dari penguasaha pupuk yang berkongsi dengannya.

Namun Bagja yang memiliki pengalaman panjang di dunia jurnalistik dan berada di media sekelas Tempo, ia tak begitu saja tersihir dengan data ala Nuh tersebut. Insting wartawannya bekerja, dan ia merasa apa-apa yang disampaikan oleh Nuh tak memiliki bukti pendukung atau cerita detail.

Setelah pertemuan selanjutnya juga, wartawan Tempo tersebut menyimpulkan tak ada yang baru dari semua yang diutarakan Nuh. Menurutnya isu-isu itu cenderung sumir dan sudah menjadi gosip umum. Alhasil, Bagja sendiri hanya menjadikan apa-apa yang disampaikan Nuh sebatas pengetahuan baru saja.

Tak berhenti di situ, kepadanya, Nuh juga mengakui dirinya sebagai salah seorang intel dan memiliki kedekatan dengan petinggi BIN sehingga mengetahui banyak hal.

Hasil dari pertemuan itu, Bagja menurunkan dua berita yang dimuat di TEMPO.co. Pertama, berita bertajuk Trio Macan2000 Akhirnya Mau Buka Identitas (tayang 25 Mei 2012):

Identitas pemilik akun Twitter TrioMacan2000 hingga saat ini masih menjadi rahasia. Pemilik akun yang namanya ditulis sebagai "Ade Ayu Sasmita" mengaku baru sekitar 30-an orang tahu identitas aslinya. Apakah dia berniat membuka identitasnya?

"Nanti saja tunggu 2014," kata Pria berusia 40-an ini ketika ditemui Tempo di sebuah hotel di kawasan Jakarta Barat, Selasa 22 Mei 2012. TrioMacan mewanti-wanti supaya menyamarkan petunjuk yang bisa menggiring terkuaknya identitasnya.

TrioMacan2000 mulai nge-tweet 1 April 2012. Isi tweet-nya mungkin mampu membuat banyak pejabat gelisah. Ia berbicara kelakuan sejumlah menteri, bahkan Presiden dan keluarganya. "Informasi yang kusampaikan itu informasi intelejen," katanya. Hingga saat ini, pengikutnya sudah lebih dari 60 ribu.

Alasannya memilih berbagi informasi itu di Twitter karena efektivitas Twitter menurutnya lebih besar. "Kalau Facebook, tak kuat. Pejabat tak main Facebook," ujarnya. Ia mengaku hanya memiliki satu akun.

Dengan berbagi informasi melalui Twitter, ia menganggap revolusi bisa terjadi di negeri ini. "Aku pikir kita butuh sesuatu yang bisa bikin shocked. Ini (Twitter) punya kekuatan (membuat shocked)," katanya.

TrioMacan2000 wanti-wanti agar identitas dirinya tetap dirahasiakan. "Jangan dipublikasikan dulu. Sabar dulu, Bro.." ujarnya.

Setelahnya, Bagja dan timnya juga menurunkan berita bertajuk 30-an Orang Tahu Identitas TrioMacan2000:

Pemilik akun anonim di Twitter, TrioMacan2000, mengatakan tak takut identitasnya terbuka. "Ada 30 orang yang tahu. Makin lama, makin banyak yang tahu," kata dia kepada Tempo, Selasa, 22 Mei 2012.

Di media sosial Twitter, ada beberapa akun anonim yang sering dibicarakan orang. Salah satunya @TrioMacan2000. Kicauannya sering menyerempet isu-isu sensitif, termasuk skandal panas di pusat kekuasaan. Belum tentu semuanya benar, tetapi kicauannya beberapa kali mengundang komentar pejabat yang gerah.

Siapa pemilik akun dengan pengikut 60 ribu lebih yang tayang perdana sejak 1 April 2011? Untuk mengetahuinya, Tempomenemui dia, Selasa 22 Mei 2012. Ia bersedia mengakui sebagai pemilik akun yang namanya ditulis sebagai "Ade Ayu Sasmita" ini. Ia pun bersedia menjelaskan latar belakangnya dalam berkicau, termasuk bahan kicauannya. Namun, untuk saat ini, ia meminta nama aslinya tidak dipublikasikan dulu. "Nanti saja menjelang 2014," katanya.

Sang Macan mengatakan tidak takut jika pada akhirnya identitasnya terbuka. "Masalahnya apa kalau ketahuan? Aku dari dulu sudah begini. Hahaha…"

Ditanya apakah pernah bergiat di bidang intelijen, pria 40-an tahun ini menjawab, "Nantilah itu. Yang pasti, tak ada intel pensiun. Hahaha…"

Ia lalu berkata soal pengalamannya, "Dulu aku pernah ditahan waktu kasus Kedung Ombo (kasus Kedung Ombo adalah penolakan warga atas pembangunan waduk di Jawa Tengah pada 1989 yang menenggelamkan 37 desa di Sragen, Boyolali, dan Grobogan). Aku ditahan, tapi tidak pernah diadili. Aku waktu itu pakai kaos gambar Soeharto berbadan babi."

Dalam pertemuan di satu hotel di Jakarta Pusat, "Ade Ayu Sasmita" meyakinkan kepadaTempo sebagai pemilik akun TrioMacan 2000. Dia menyalakan iPad-nya, lalu ia menuliskan sebaris cuit yang didiktekanTempo. Sedetik kemudian cuit itu tayang ditimeline.

Kini, Nuh telah berada di hadapan aparat kepolisian setelah salah satu anak buahnya lebih dulu menghadap. Publik, terutama pengguna Twitter, akan melihat bagaimana aparat kepolisian menindak sosok yang mengaku sebagai intel namun bercita-cita menjadi pengusaha media tersebut. Paling tidak, ketegasan aparat hukum tersebut ke depan bisa membuat pihak-pihak yang selama ini berpesta dengan hal-hal menyesatkan publik, harus berpikir seribu kali untuk melakukan itu kembali. Semoga (Twitter: @ZOELFICK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun