Karena kalau melihat mekanisme partai untuk memutuskan calon Gubernur, Dedi Mulyadi melewati semua fase yang di tetapkan oleh juklak Partai Golkar No. 06 tahun 2016.
Keberanian elit Golkar mengusungnya merupakan langkah kemunduran bagi Partai Golkar. Elektabilitas Daniel sangat rendah. Bahkan mungkin tidak dikenal di Jawa Barat (kecuali Pantura)
Kalau Elit Golkar acuannya Elektabilitas, maka tidak rasional ketika harus mengusung Daniel.
Berbeda dengan Dedi Mulyadi, elektabilitasnya terus meroket. Saat ini berada di Posisi kedua berdasarkan survei Indo Barometer menggeser Dedi Mizwar.
Sangat memungkinkan, walaupun golkar merupakan partai dengan Jumlah kursi terbanyak, tetapi dengan posisi tawar paling rendah diantara calon lain dari PKB maupun PPP.
Sehingga dengan hal tersebut, wibawa golkar sebagai Partai Besar bukan lagi semakin besar, Melainkan semakin semberawut.
Apalagi akar rumpu kader Golkar di Jawa Barat menolak dengan tegas keputusan DPP. Penolakan dilakukan secara terang-terangan, melalui udar maupun di darat.
Kalau Elit Golkar Kukuh dengan Putusan tersebut tanpa melihat realita yang terjadi, pilihannya cuman dua.
Pertama harus didaftarkan karena di Jawa Barat Partai Golkar terancam 'Punah', karena matinya mesin partai di tinggalkan akar rumput.
Pilkada hanya menjadi penonton saja baginya, tanpa ada visi untuk membesarkan Partai.
Kedua, Elit Partai Golkar harus sudah mulai menggali Kuburannya di Jawa Barat.