Tekanan Mundur
Pada tanggal 18 Mei, Prabowo bertemu Amien Rais. Tokoh oposisi ini, seingat Prabowo, mengatakan: "Saya rasa situasinya sekarang tidak dapat dipertahankan lagi. Saya rasa Anda harus meyakinkan Pak Harto untuk mundur."
Tetapi posisi Prabowo jelas-jelas tidak memungkinkan. Malam harinya di Cendana, Prabowo mengaku bertemu Wiranto, yang memberitahu bahwa anak-anak Soeharto ingin berperang. "Bagaimana mungkin?" jerit Prabowo.
Hari itu, Amien Rais menyampaikan seruan berdemonstrasi pada tanggal 20 Mei di Monas. Prabowo berusaha mencegahnya, karena dicemaskan akan dihadiri ribuan orang, dan mung-kin akan jatuh korban.
Prabowo kemudian menemui putri sulung Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana, alias Tutut. Menurut Prabowo, Tutut bertanya apa langkah mereka berikutnya.
"Saran saya," kata Prabowo, "ganti Wiranto atau terapkan UU darurat. Soeharto tidak ingin melakukan keduanya. Maka saya berkata: 'Apakah ada cara lain?'."
Tutut lalu bertanya apa yang akan terjadi bila ayahnya mundur. Prabowo menjawab, berdasarkan undang-undang, Habibie yang akan menggantikan.
Seruan langsung bagi Soeharto untuk mundur datang pada hari yang sama. Kira-kira pukul 03.00 petang, pada tanggal 18 Mei, dengan didudukinya gedung parlemen oleh mahasiswa yang berdemonstrasi, Ketua MPR Harmoko rneminta pengunduran diri Soeharto. Larut malamnya, Wiranto mengeluarkan pernyataan di depan konferensi pers bahwa pernyataan Harmoko dan kawan-kawan dari parlemen merupakan "pendapat pribadi".
Sehubungan dengan keberadaan para mahasiswa di gedung parlemen, petang hari sebelumnya Wiranto telah bertemu dengan sekelompok aktivis, termasuk pula pimpinan alumni Universitas Indonesia, Hariadi Darmawan. Mereka memastikan bahwa para mahasiswa merencanakan untuk bergerak menuju parlemen, dan mendiskusikan cara terbaik untuk mencegah kerusuhan yang akan terjadi. Seseorang menyarankan agar para mahasiswa dijaga oleh militer, atau dibawa ke parlemen dengan kendaraan.
Wiranto Tugaskan Prabowo
Pagi berikutnya, kata Pangdam Jaya Syafrie Syamsuddin, ia diperintahkan dua ajudan Wiranto untuk menyiapkan transportasi. Sekitar pukul 10.00 pagi, katanya, ia juga mendapat informasi bahwa pimpinan MPR telah memberikan izin masuk kompleks parlemen bagi para mahasiswa. Para mahasiswa menolak hampir seluruh kendaraan militer, tetapi selama mereka datang dengan kendaraan, Syafrie menjamin mereka tidak akan mendapatkan gangguan sepanjang perjalanan menuju parlemen.