Mohon tunggu...
Soedoet Pandang
Soedoet Pandang Mohon Tunggu... -

PRABOWO SUBIANTO [] >> Nama Subianto diambil dari nama pamannya yang gugur dalam pertempuran Lengkong, Soebianto Djojohadikusumo.[]\r\n\r\n"Saya keturunan pejuang dan dari keluarga pejuang. Saya tidak akan menghancurkan nama baik keluarga besar saya. Saya tidak akan berbuat serendah itu...," Prabowo Subianto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prabowo: Hidden Tragedy 98 (4)

13 Juni 2014   05:22 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:57 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian tersebut bermula hari Selasa, 12 Mei, ketika Prabowo menerima panggilan telepon. Beberapa mahasiswa tertembak selama demonstrasi di Universitas Trisakti. Naluri pertama Prabowo adalah untuk menyalahkan pasukan keamanan yang tidak disiplin.

"Kadang-kadang polisi dan tentara kita begitu tidak profesional. Anda dapat melihat beberapa kesatuan seperti itu. Ya, Tuhan, ini bodoh. Itu adalah reaksi pertama saya."

Merasa situasi darurat segera terjadi, dia pergi ke markas besarnya di Medan Merdeka, yang hanya terletak di samping markas Garnisun. Sebagai Panglima Kostrad, tugas Prabowo adalah menyediakan anak buah dan peralatan.

"Saya memanggil pasukan, menyiagakan mereka," katanya.

"Pasukan ini selalu di bawah kendali operasional dari komandan Garnisun. Itulah sistem kami. Saya pada dasarnya hanya berkapasitas sebagai pemberi saran. Saya tidak mempunyai wewenang."

Dia kembali ke rumah setelah tengah malam, tetapi kembali ke markas Kostrad pagi-pagi esok harinya, 13 Mei. Ketika perusuh mulai merampok dan membakar gedung-gedung, Prabowo menghabiskan waktu seharian untuk memikirkan cara bagaimana menggerakkan dan menampung batalion-batalionnya.

Kecemasan lain: esok harinya Wiranto telah dijadwalkan memimpin sebuah upacara angkatan darat pada pagi berikutnya di Malang, Jawa Timur, sekitar 650 km lebih dari ibukota yang sedang kacau. Sepanjang tanggal 13 Mei, Prabowo berkata bahwa dia mencoba membujuk Wiranto untuk membatalkan kehadirannya di Malang.

"Saya menganjurkan bahwa kita membatalkan upacara tersebut di Malang," katanya.

"Tidak, upacara tersebut tetap berlangsung," jawab Wiranto.

" Saya menelepon kembali. Itu terjadi bolak-balik. Delapan kali saya menelepon kantornya, delapan kali saya diberitahu bahwa upacara itu harus tetap dilaksanakan," kata Prabowo

Jadi pada jam enam pagi, hari Kamis tanggal 14 Mei, Prabowo tiba di pangkalan udara Halim di Jakarta Timur. Dia mengatakan terkejut, pada situasi yang tegang seperti ini, menjumpai sebagian besar pimpinan militer ada di sana. Selama penerbangan dan upacara, dia mengatakan bahwa Wiranto dan dia tak banyak bicara satu sama lain.

Mereka tiba kembali di ibukota lewat tengah hari. Prabowo kembali ke markas besar Kostrad, lalu langsung menemui Syafrie. Pangdam Jaya saat itu akan mensurvei bagian barat kota dengan helikopter. Prabowo menerima ajakan Syafrie untuk bergabung. Sambil menyaksikan hari kedua kerusuhan dari langit yang berasap, Prabowo tak habis pikir,

"Mengapa terdapat begitu sedikit tentara di sekitarnya?" kata Prabowo.

Sekitar jam 03.30 sore hari, Prabowo meninggalkan Kostrad untuk menemui Habibie. Presiden sedang berada di Kairo sejak 9 Mei untuk menghadiri sebuah konferensi tingkat tinggi. Wakil Presiden dan Prabowo berbincang tentang kemungkinan sebuah suksesi. Berdasarkan konstitusi, Prabowo menjelaskan bahwa Habibie adalah pengganti Soeharto. Kemudian berganti topik tentang siapa Pangab berikutnya.

"Saya harus tahu tentang pergantian itu," kata Prabowo.

Habibie menjawab, "Jika namamu muncul, saya akan setujui."

"Ada sebuah perbedaan besar di sana," kata Prabowo.

Tengah malam, Buyung Nasution dan sekelompok tokoh dari berbagai latar belakang ingin menemui Prabowo.

Dalam perjalanan kembali menuju markas Kostrad, Prabowo memperhatikan bahwa urat nadi bisnis utama Jakarta kelihatan tak terkawal. Dia bertemu komandan Garnisun.

Prabowo berkata, "Syafrie, di Jalan Thamrin tidak ada tentara. Dia meyakinkan saya bahwa ada cukup tentara. Dia meminta saya ikut, dan kami memeriksanya."

Prabowo menyarankan untuk mengambil separuh dari 16 kendaraan lapis baja yang sedang menjaga kementerian pertahanan dan mengirim mereka ke Jalan Thamrin. Hal itu dilaksanakan.

Tengah malam, Prabowo ditelepon sekretarisnya. Buyung Nasution dan sekelompok tokoh dari berbagai latar belakang ingin menemuinya. Pertemuan 14 Mei ini akan menjadi perhatian utama pada investigasi selanjutnya mengenai kerusuhan Mei.

"Ketika saya tiba di markas, mereka ada di sana," kata Prabowo.

"Saya tidak memanggil mereka, mereka menanyakan, apa yang sedang terjadi?"

Buyung Nasution mengkonfirmasi kebenaran rumor yang beredar bahwa Prabowo-lah yang mendalangi kerusuhan, penembakan di Trisakti, begitu juga penculikan-penculikan. Buyung juga bertanya apakah terdapat persaingan antara dia dan Wiranto. Prabowo menyangkal semuanya.

"Bagaimana bisa terjadi persaingan?" papar Prabowo.

"Dia bintang empat, saya bintang tiga. Saya sedang mencoba untuk mengejarnya. Tapi bukankah saya calon yang tepat untuk menggantikannya?" Prabowo menjelaskan.

Setelah menghadiri rapat komando yang dipimpin langsung oleh Wiranto, Prabowo tiba di tempat pertemuan berikutnya hampir jam satu malam. Dua teman dekat Abdurrahman Wahid menyarankan agar Prabowo menjumpai ulama itu, yang hampir saja terlelap saat sang jenderal tiba. Wahid, alias Gus Dur, masih berkenan menerima Prabowo dan bertanya tentang situasi yang kacau balau.

"Saya katakan, kami bisa mengendalikan situasi esok hari," kata Prabowo.

Setelah berganti baju, Prabowo langsung menuju bandara Halim Perdana Kusuma, di mana Soeharto mendarat, Jumat, 15 Mei dinihari. Prabowo menunggu di dalam mobil ketika Wiranto bertemu Soeharto. Mereka bertiga, disertai sebagian besar petinggi militer, melaju menuju kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta Pusat.

Pertemuan dengan para tokoh ini, yang dalam perjalanannya kemudian memuat Soeharto merasa kecewa dengan Prabowo, dan berpraduga Prabowo akan melakukan kudeta pada mertuanya Soeharto. Bersambung....

==================================================

Tragedi 1998: Ketika kerusuhan dimana-mana, pembunuhan, perampokan, pengeboman, terjadi dimana-mana. Hak asasi manusia tercabik-cabik oleh provokator yang tidak bertanggungjawab, provokator yang tidak bisa mengendalikan keadaan, akankah didiamkan?

CATATAN SEBELUMNYA:

- Prabowo: Kambing Hitam 98 (ke 1)

- Prabowo: Kambing Hitam 98 (ke 2)

- Prabowo: Hidden Tragedy 98 (ke 3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun