Mohon tunggu...
George Soedarsono Esthu
George Soedarsono Esthu Mohon Tunggu... profesional -

Menembus Batas Keunggulan Pioneer, Problem Solver, Inspirator To Live, To Love, To Serve Mengolah Kata-Mengasah Nurani-Mencerdaskan Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menembus Batas Keunggulan

9 Oktober 2016   02:04 Diperbarui: 9 Oktober 2016   03:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sehingga, sebagai “ageman” atau busana, batik adalah kitab, adalah guru, yang berjalan, yang bukan saja dalam rangka mengarungi sandyakalaning sejarahnya sendiri, tetapi adalah sejarah itu sendiri. Sejarah tentang hidup manusia.

Secara estetika, batik yang lahir dari sebuah pro-ses penghayatan semacam itu, akan memberi warna pada hidup manusia.

Sebagai cermin kebijakan etika, batik menyimpan “piwulang” pada setiap motifnya. Yaitu, sebuah “pituturluhur” agar supaya hidup manusia menjadi bermakna. Ini adalah perjalanan memenuhi dharmauntuk menguak makna transendensi dari sebuah karya. Karya yang darinya akan melahir berbagai epifani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun