Mohon tunggu...
George Soedarsono Esthu
George Soedarsono Esthu Mohon Tunggu... profesional -

Menembus Batas Keunggulan Pioneer, Problem Solver, Inspirator To Live, To Love, To Serve Mengolah Kata-Mengasah Nurani-Mencerdaskan Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menembus Batas Keunggulan

9 Oktober 2016   02:04 Diperbarui: 9 Oktober 2016   03:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seni adalah upacara bersama, sebuah meditasi untuk mendengarkan suara alam semesta, sebuah ritus yang memberi kesempatan kepada manusia untuk memperbaharui jiwa saat demi saat.

Dalam kebudayaan, termaktub bagian yang integral dalam mempertahankan dan mengembangkan kebenaran, harga diri, dan jiwa kepahlawanan.

Dinamika tersebut telah mampu mencuatkan ragam pesona secara universal dan oleh karenanya menjadi warisan budaya dunia yang memiliki nilai-nilai universal juga. Dalam konteks ke-Indonesiaan, sebuah gerakan merawat tradisi — merajut keberagaman, untuk membangkitkan spiritualitas dalam rangka merumuskan gagasan-gagasan tentang Nusantara demi “masa depanIndonesia masa depan” menjadi sangat penting. Mengapa? Dunia ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang begitu pesatnya, dimana ia telah mampu memperbesar “tubuh manusia”. Untuk memperbesar “tubuh batin” manusia, diperlukan sebuah pendekatan kebudayaan dan peradaban yang bisa menjawab tantangan jaman, khususnya masa depanIndonesia masa depan.

Dinamika dari timur

Dinamika adalah tahap ke-3 dari tahap-tahap sebelumnya. Tahap pertama adalah “romantika” dimana para pelaku melakukan proses werawat tradisi agar bisa diwariskan secara turun-temurun. Disini, sebuah upaya dilakukan dalam bingkai estetika sehingga melahirkan hal-hal yang romantik.

Tahap ke-2 adalah dialektika, dimana para pelaku melakukan dialog dengan situsi kongkrit pada saat itu agar mampu keluar dari belenggu-belenggu yang membuat kemandegan supaya bisa menyesuaikan dengan keadaan zaman tanpa terlepas dari akar.

Tahap ke-3 adalah tahap dinamika. Apa yang telah diraih melalui fungsi dan perannya dalam menjaga dan merawat tradisi sehingga mampu menyesuaikan dengan perubahan zaman, diperkaya dengan gagasan-gagasan baru, ide-ide baru, dan pemerkayaan yang inovatif agar memiliki nilai sebagai visi yang jauh ke depan. Ini disebut sebuah proses “aja mèlik nggéndhong lali—dèn éling lan waspada”.Sebuah upaya untuk menemukan terang penghayatan atas makna ngèlmu iku kelakoné kanthi laku.

Menguak Rahasia Batik Parang Curiga

Wiku Dadi Pambukaning Kalbu

Batik adalah kitab, adalah guru, yang akan membuka hati sanubari sang pemakai melalui kekayaan piwulang-nya. Jika latar pada batik menggambarkan kejernihan dan keleluasaan wawasan, kekayaan dan sucinya perasaan, serta kehalusan kebijaksanaan, maka, motif pada batik, menunjuk pada inti visi atau cita-cita kehidupan manusia yang merupakan titik-titik perjalanan hidup yang tengah, dan akan terus dipersambungkan oleh narasi  “sangkan paraning dumadi”.

Batik Motif ParangBarong, Motif Poleng, Parang Curiga, Parang Blambangan, Parang Sekardadu, yang merupakan karya pencapaian estetika sebagai buah terang penghayatan dari seorang Nunuk Setiawati Susanto adalah literasi tentang falsafah hidup sebagai sumber inspirasi untuk membentuk karakter sang pemakai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun