Deg…” tangan kanan-kiriku melayang ke pelipisnya tanpa basa-basi terlebih dahulu. “Deg…Deg...” Tangan kananku lagi mengarah ke mulut, leher, perut . Pukulanku semakin membabi buta tak menemukanarah. Ia hanya terdiam, tak bergerak sedikit pun. Tak jua membalas. Tak marah. Dan hanya menatap kosong.
“Uah... brengsek!” Sungguh Emosiku semakin tak terkontrol. Ku tonjok lagi. Dan lagi. Hingga Aku dapati lelah, pilu, letih, dan keringat pun mengguyur tubuhku.
Saat terpaan debu menghantam wajah. Aku pun terperanjatdari mimpiku barusan yang terjadi. Ku dapati tangan kanan dia menjuntaikan sebuah kertas lusuh, kecoklatan kehadapan wajahku. Dengantanggap Aku pun langsung menampik sodoran kertas itu, rasa gemruntuk bibirkumulai membaca dan me-reka-rekaisinya.
Khusus untuk pribadimu
Telah tibalah surat ini menemukan tuannya.Janganlah kamu bingung atas peristiwa yang telah kau lewati barusan. Kau telah menjumpai dua kubu yang amatlah anehsungguh, mengapa mereka bisa begitu? So, kubu yang serba hitam kelam itu disebabkan atas semua perilaku buruk saat di dunia.Sedangkan, kubu yang serba putih dikarenakan mereka telah menghiasiprilaku dengan budi pekerti yang mulia saat didunia pula. Dan mengapa mereka tak bisa membalaspertanyaanmu?. Sebab pita suara telahdi belenggu. Hanya rintihan dan gerak-gerak bibir saja yang bisa kamu tangkap. Lalu, kamu harus mengikuti kubu?
Mataku pun dengan cepat menoleh ke padanya. Hanya jaritelunjuk yang menggelantung 10 cm mengarah pada dadanya sendiri sembari berjalan membelakangiku dan meninggalkanku{}
Soebhans ibnumuniefs
Selasa 25-11-1434. 04:16 Fajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H