Mohon tunggu...
Soebhans Raiders
Soebhans Raiders Mohon Tunggu... -

Dengan berjalan Orang akan menemukan sesuatu yang akan Memanja Mata kita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Hajaw Tac

21 Februari 2014   05:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:37 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak ada jawaban. Hanya suara itu pula yang tak kumengerti maksudnya.

“Oh, dasar hitam, welek.Ditanya benar-benar malah nggak jawab, paling nggaklah kata apa tah...!” tersulutemosiku sedikit. Sembari bergegas mengayunkan ke arah kubu satunya tanpamenoleh sedikit pun pada kubu hitam barusan.

“Ini lagi tambah wuanehpisan wajah dan seluruh tubuhnya serba putih semua bahkan tak ketinggalanbola matanya putih jua, serem tenan”desis hatiku. Lanjutku memanggilnya datar.“Oi... loe, ini pada mau kemana?”

Tak ada jawaban. Lanjutku lagi “Maaf,  Aku tersesat di tempat ini, kelaparan, kehausanudah amat menyengat badanku dan rasanya aku tak kuat lagi membopong tubuhku.Maka, pleastolonglah Aku tuk kembalike alamku lagi,Tuan!” pintaku merintih pada satu orang dikubu itu.

Tak ada jawaban pula. Hanya bibir  yang  basah dengan komat-kamit yang tak kupaham jua.

“Ah.. Alam apa ini? Semuanya aneh, sangatlah aneh. Adayang hitam weluek. Ada yang satuputih bak mayat hidup. Tolong keluarkan aku dari alam ini?”teriakkanku melengking tepat di tengah-tengah kedua kubu tersebut.

Langakah kaki pun mulai gontai. Semakin melemas. Tak kuatlagi rasanya tuk melangkah membuntuti di tengah mereka.  Akupun tersungkur ke tanah. Panas trik matahari begitu sangatmencekik detik-detik kepunahan teggorakanku. Sesaat, kutangkap di sela-sela bola mataku seseorang tegap dan kekar menghampiriku. Kulihat sepintasorang itu berwajah dua warna. Sebelah kanan, putih bersih berkilau. Sebelah kiri,begitu hitam pekat. Dan aku pun...

*

“Siapa engkau ini, dan apa tujaanmu tukmenemuiku ini? Tanyaku lirih padanya. Lanjutku, tanpa menunggu jawaban. “Oke… Tolonglah aku. Bawalah aku pergi dari tempat ini. Aku mohon, Tuan?” Pintaku kembali, sembari melingkarkan tangan pada kedua kakinya.

Tatapan kosong bak patung berdiri tegap. “Apa orang ini sama seperti mereka tadi, takakan menjawab pertanyaanku? Apakah mungkin bahasaku tak dimengerti atau bahkan mungkin mereka dan dia pula orang...?” Gumamku dalam kediaman.

“Oi... jawab donk pertanyaanku!” Bentakku tak sabar menahan permainan semua ini.“Dasar guoblok, ternyata kamu ini sama...” “

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun