Mohon tunggu...
Agus Priyanto
Agus Priyanto Mohon Tunggu... Freelancer - sodarasetara

----

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kerinduan Pidi Baiq dan Rizal Ramli, Akhirnya Berbalas

4 Maret 2018   20:49 Diperbarui: 4 Maret 2018   20:57 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Rindu itu telah berbalas. Itulah ungkapan yang dapat mewakili perjumpaan Pidi Baiq, penulis Novel sekaligus sutradara film Dilan 1990, hari ini (4 Maret 2018) di bandung.

Sejak 7 Desember 2017, Rizal Ramli yang saat itu mengunggah foto bersama Pidi Baiq ke Instagram. Foto itu merupakan foto bersama mereka ketika sama-sama menjadi pembicara dalam peluncuran buku "Revolusi dari Secangkir Kopi'" karya Didik Fotunadi di Bandung, sekitar tahun 2015an. Rizal Ramli yang kagum dengan sahabat satu almaternya di ITB itu mengungkapkan bahwa Pidi itu memiliki cara pikir yang khas, unik, kocak dan ajak kita berpikir dengan logika-logika sederhana.

 "Yeee Abangku muncul! Rindu". Balas Pidi untuk foto unggahan di Instagram Rizal Ramli itu.

 "Rindu ini akan terbalas Pidi... Semoga sebelum launching film Dilan, bisa ngobrol asyik dan ngopi" balas Rizal Ramli dalam akun instagramnya.

Sejak saat itu, tokoh nasional yang ketika masih mahasiswa di ITB Banding pernah merasakan dinginnya penjara orde baru ini belum bisa menebus rindunya untuk ngopi bareng Pidi Baiq.

Pidi memang juga memiliki kisah tersendiri dalam melawan kediktatoran Orde Baru. Melalui jalan seni, Pidi melawan Orde Baru dan Soeharto. Dengan cara uniknya, ia menyindir Orde Baru dengan cara mendirikan Negara Kesatuan Republik Panas Dalam. Sebuah negara yang Pidi deklarasikan bersama kawan-kawannya di ITB, hanya memiliki 18 warga negara.

"Ini satu-satunya negara yang presidennya bisa kenal seluruh warga negaranya," begitu kelakar Pidi yang pernah diungkapkan di berbagai kesempatan dan membuat orang yang mendengarnya tertawa-tawa.

Ketika gala premiere film Dilan 1990 di Jakarta, Pidi Baiq mengundang Rizal Ramli untuk hadir menonton. Tapi kesempatan itu juga belum menjadi ajang membalas kerinduan mereka berdua. Pidi memang sedang padat kesibukan beberapa bulan terakhir. Terang saja, sejak film Dilan 1990 ini muncul di berbagai pemberitaan akan tayang di bioskop, respon publik luar biasa.

Sumber foto | FB: Rizal Ramli
Sumber foto | FB: Rizal Ramli
Kesempatan kedua diantara mereka untuk menebus kerinduan dalam nobar film Dilan 1990 bersama para pemeran dalam film Dilan 1990 pun terlewat. Ketika nobar Dilan 1990 di Senayan City 8 Februari 2018 itu, Pidi hanya bisa menyampaikan salam melalui sang sutradara film Dilan 1990, Fajar Bustomi.

"Salam dari Pidi Baiq, Bang. Dia tida bisa dating karena tidak ada celana Panjang," kelakar Fajar Bustomi.

Akhirnya, rindu itu baru berbalas ketika ekonom yang pernah menjadi anggota panel ahli ekonomi PBB dan dikenal dengan cara pikir "out of the box" ini berada di Bandung. Mereka tak mau kehilangan kesempatan untuk ketiga kalinya. Pidi Baiq menunggu kedatangan Rizal Ramli di Rumah The Panas Dalam, jalan Ambon nomor 8A (Bandung), sejak pukul 10.00 pagi. Sejam kemudian, tamu yang Pidi nanti datang.

"Selamat Pidi, film Dilan luar biasa," ungkap Rizal Ramli saat bertemu dengan Pidi Baiq.

Hampir satu setengah jam, obrolan mereka berdua di teras markas The Panas Dalam pada Minggu (4 Maret 2018) itu dipenuhi obrolan kocak yang mengocok perut. Meskipun begitu, obrolan Pidi dan Rizal Ramli sesungguhnya juga mewakili perasaan kita dalam mengungkapkan hal yang berat menjadi ringan. Misalnya saja, menurut Pidi Baiq, Nasionalisme itu kalau tidak ada nasi, maka menjadi onalisme. Atau tentang bagaimana kita harus berlaku adil terhadap rakyat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Pidi mengungkapkan, mengutip novel Dilan, "Jangan datang ke perempuan untuk membuat dia marah. Tapi datanglah untuk membuat perempuan senang, sudah pasti mau".

"ke rakyat juga sama. Jangan datang ke rakyat untuk membuat dia marah, tapi datanglah untuk membuat dia senang", lanjut kata Pidi Baiq dalam obrolan bersama Rizal Ramli.

Kemudian Pidi Baiq memberikan menunjukkan sebuh buku kumpulan quotes-nya yang diberi judul Asbunayah 1972-2098. Ternyata, buku itu berisi tentang kutipan kalimat-kalimat Pidi Baiq yang selama ini kita dengarkan. Termasuk diantaranya adalah kutipan yang ada dalam film Dilan 1990, "Jangan rindu. Berat. Kau gak akan kuat. Biar aku aja"

Rizal Ramli yang langsung baca 'blurb' atau tampilan pada cover belakang buku Asbunayah 1972-2098 itu, awalnya cukup serius. "Ini benar Pidi," ungkap Rizal Ramli.

"Di Sekolah, mendapat pelajaran dulu, baru ujian. Kalau di kehidupaan ujian, dulu, baru mendapat pelajaran," baca Rizal Ramli dari cover belakang buku tersebut

Namun belakangan, ia tertawa lepas. Bagaimana tidak, yang ia baca adalah "Mengapa istri itu harus bisa masak? Ini kan Rumah Tangga, bukan Rumah Makan?". Mereka berdua tertawa lagi...

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
"Pidi ini orangnya asyik, penuh tawa. Ini disebut counter-logic, counter-culture, countre kemapanan. Ini adalah a new cultural trend setter, karena dari proses benturan antara kemapanan dengan counter kemapapanan ini, nanti ujungnya adalah untuk mencari sistesis baru, sebagai hal yang baru", ungkap Rizal Ramli tentang Pidi Baiq.

"Kalau harus berpikir sama dengan masyarakat, kenapa saya harus berpikir", balas Pidi yang mengundang gelak tawa orang-orang yang ikut serta dalam obrolan di teras The Panas Dalam siang itu.

Akhirnya,

"Selamat hari ini. Tetap semangat. Kita sedang berurusan dengan harapan. Saya senang mengatakannya"

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Mungkin itu yang bisa mewakili perjumpaan kerinduan antara Pidi Baiq dan Rizal Ramli kali ini ini...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun