Mohon tunggu...
Agus Priyanto
Agus Priyanto Mohon Tunggu... Freelancer - sodarasetara

----

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menko Rizal Ramli: Abad 21 adalah Abad Asia (Paradigma Baru Archipelagic State)

7 Juni 2016   12:18 Diperbarui: 7 Juni 2016   12:49 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, Conference of the Ocean at Lisboa, Portugal (Foto diambil dari Twitter @RamliRizal)

“Dengan demikian paradigma perihal negara kita seharusnya terbalik, yakni negara laut yang ada pulau-pulaunya”, Adrian B Lapian dalam buku Orang Laut, Bajak Laut dan Raja Laut”.

Poros Maritim Dunia

Jauh sebelum kedatangan orang-orang Eropa ke negeri kaya rempah ini, pelaut-pelaut negeri ini telah menguasai laut dan tampil sebagai penjelajah samudra. Catatan sejarah Tiongkok dan musafir dari Timur Tengah meyebutkan penjelajahan laut yang dilakukan nenek moyang bangsa Indonesia.

Menurut Robert Dick-Read, seorang Afrikanis yang menulis buku “Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika (2008)”, para penjelajah laut dari Nusantara diperkirakan sudah menjejakkan kaki mereka di Benua Afrika melalui Madagaskar sejak masa-masa awal tarikh Masehi.

Jadi, jauh sebelum Cheng Ho dan Columbus melakukan pelayaran yang fenomenal ke berbagai belahan dunia hingga ke negeri ini, para penjelajah laut Nusantara bisa dikatakan sudah melintasi sepertiga bola dunia.

Menurut catatan Oliver W Wolters (1967) dalam kompas.com menunjukkan bahwa hubungan perdagangan melalui laut antara Indonesia dan China—juga antara China dan India Selatan serta Persia—pada abad V-VII, terdapat indikasi bahwa bangsa China hanya mengenal pengiriman barang oleh bangsa Indonesia.

Dalam “Tradisi Besar yang Dilupakan”, kompas.com mencatat bahwa seorang pengelana dari China, I-Tsing, yang banyak menyumbang informasi terkait masa sejarah awal Nusantara, secara eksplisit mengakui peran pelaut-pelaut Indonesia. Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 Masehi) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut Selatan”.

Pergaulan dengan dunia internasional yang terjalin pada era kerajaan di nusantara ini setidaknya juga dapat kita temui dalam sejarah yang berkaitan dengan keberadaan relief kapal bercadik yang ada di Candi Borobudur. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai relief kapal bercadik di Candi Borobudur tersebut, namun jejak peradaban bangsa ini dengan bangsa lain telah lama dijalin dalam sejarahnya.

Dalam konteks ini, Poros Maritim Dunia yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi melalui Lima Pilar Poros Maritim layak untuk kita luaskan dukungan dan partisipasi aktifnya dari rakyat Indonesia.

Dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-9 East Asia Summit (EAS) tanggal 13 November 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar, Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia sehingga agenda pembangunan akan difokuskan pada 5 (lima) pilar utama, yaitu:

  • Membangun kembali budaya maritim Indonesia.
  • Menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama.
  • Memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim.
  • Menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut dengan penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai bangsa dan negara dan bukan memisahkan.
  • Membangun kekuatan maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.

Perkembangan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun