Mohon tunggu...
Muhammad Rizal
Muhammad Rizal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Semester 2/Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Program Daring Mahasiswa IAIN pada Masa Pandemi Covid-19

16 Maret 2023   00:15 Diperbarui: 16 Maret 2023   00:22 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lalu ditanyakan kepada mereka bahwa media apa saja yang digunakan dalam perkuliahan. Menurut Widya, "Kami dalam kuliah daring ini menggunakan W.A Grup, Google classroom, dan zoom tapi rata-rata menggunakan W.A Grup karna sinyalnya susah. Awalnya pakai google classroom dan Zoom, tapi banyak yang mengeluh karna sinyal dikampung susah."

Kemudian ditanyakan juga apa yang dirasakan ketika perkuliahan secara tatap muka yang kemudian berubah menjadi menggunakan sistem daring.

Menurut Dilandra mengatakan bahwa, "Ketika kami kuliah secara tatap muka, saya merasa senang misalnya ketika dosen mengajar di depan kelas dan berdiskusi, karena saya bisa melihat secara langsung bagaimana ekspresi dan ceramah dari dosen ketika mengajar. Saya dan teman-teman juga leluasa untuk bertanya dan mengekspresikan diri ketika berdiskusi di dalam kelas. Namun ketika menggunakan sistem daring ini rasanya terhambat ketika saya berdiskusi dalam perkuliahan. Cuma ya itu mungkin ini solusinya harus kuliah menggunakan sistem daring agar tidak ketinggalan dalam belajar".

Setelah itu ditanyakan pula mengenai perubahan sosial apa yang terjadi pada pendemi ini dalam perkuliahan. Menurut pendapat Ali Afdal mengatakan bahwa "sangat banyak yang terjadi, misalnya yang biasanya saya kuliah secara tatap muka, bisa bertemu dengan teman-teman dan dosen namun sekarang harus menggunakan Smartphone, harus ada paket internet, di rumah aja. Terkadang untuk beli paket internet pun gak ada uang, karena ada 10 mata kuliah untuk itu butuh banyak paket internet untuk belajar daring ini. Tapi ada bagusnya juga secara daring ini karena saya bisa kuliah sambil tiduran, makan, sambil di jalan pun saya bisa mengikuti perkuliahan".

Analisis Fenomena Kasus Daring IAIN Bukittinggi Melalui Perspektif Sistem Komunikasi Indonesia

Dari Fenomena tersebut kami menghubungkan fenomena ini dengan hubungan perubahan sosial dan komunikasi yang pernah diamati oleh Goran Hedebro(1982) yaitu:

  • Teori Komunikasi Mengandung Makna Pertukaran Pesan. Tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Demikian penggunaan media sistem daring termasuk dalam alat komunikasi yang digunakan untuk perubahan dalam masyarakat, Sebagai contoh Mahasiswa IAIN yang awalnya menjalani sistem pembelajaran online diharuskan untuk melakukan pembelajaran secara online/daring.
  • Komunikasi bukan salah satu alat yang dapat membawa perubahan sosial atau komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat. Dalam hal ini terjadinya perubahan aktivitas belajar mahasiswa selama pembelajaran secara offline-online awalnya karena penyebaran virus covid-19 yang merambat pesat ke masyarakat, dalam hal ini situasi kesehatan masyarakatlah yang menjadi awal dari perubahan komunikasi yang ada dimasyarakat.
  • Media yang digunakan dalam komunikasi berperan melegitimasi bangunan sosial yang ada. Artinya media adalah pembentukan kesadaran yang pada akhirnya menentukan persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat tempat mereka hidup. Dalam fenomena ini media-media yang digunakan dalam pembelajaran daring menyampaikan pelajaran yang memengaruhi persepsi mahasiswa contohnya seberapa berisikonya covid-19 untuk aktivitas belajar mahasiswa secara tatap muka.

Data Penggunaan media video call/daring

 

"Terkait penggunaan media video call dalam pembelajaran daring, mayoritas publik menggunakan aplikasi Zoom (57,2 persen), disusul Google Meet (18,5 persen), Cisco Webex (8,3 persen), U Meet Me (5,0 persen), Microsoft Teams (2,0 persen), dan lainnya (2,2 persen). Sisanya 6,9 persen mengaku tidak tahu atau tidak jawab," kata lembaga ASI dalam laporan risetnya, tanggal 7 -- 10 Oktober 2020.

 

Platform Belajar Online Populer di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun