Berangkat dari revisi Permendag 50 Tahun 2020 pemerintah telah menyepakati melarang penggabungan sosial media dengan e-commerce, kesepakatan ini juga diarahkan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo dalam rapat terbatas pada senin (25/9).Â
Salah satu poin yang telah disepakati tersebut disebabkan oleh banyak keluhan dari UMKM lokal yang merasa sangat disulitkan dalam bersaing di pasar, sebagai contohnya kita ambil dari keluahan pedagang di pasar tanah abang yang merasakan omzet menurun hingga 50% dari tahun biasanya, meskipun pengunjung ramai tapi pendapatan mereka cenderung menyusut.Â
Fenomena tersebut disinyalir bukan para pedagang tidak menjajal peruntungan melalui live di platform digital, mereka juga turut bertransformasi untuk jualan secara online akan tetapi mereka mengeluhkan kalah saing dan tidak menghasilkan keuntungan seperti yang diharapkan, belum lagi serangan barang impor yang lebih murah pasti UMKM akan semakin terpelenting jauh dan tak sanggup bertahan pada persaingan harga pasar sebab manusia merupakan homo economicus, mereka akan memilih barang yang lebih murah dengan kualitas yang sama.
Alasan wacana pemerintah menutup TikTok Shop juga dikarenakan kekahwatiran monopoli pasar dengan algoritma dan penggunaan data pribadi untuk kepentingan bisnis, seperti yang disampaikan oleh menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan "Jadi harus dipisah sehingga algoritmanya itu tidak semua dikuasai dan ini mencegah penggunaan data pribadi untuk kepentingan bisnis."Â
Lalu apa bedanya dengan e-commerce yang lain?
TikTok Shop dianggap memiliki data preferensi dari pengguna media sosialnya, termasuk data soal produk apa yang sedang tren di masyarakat. Data ini kemudian digunakan untuk mengarahkan konsumen ke produk-produk yang ada di social commerce, termasuk produk impor. Kelebihan ini yang tidak dimiliki e-commerce lainya sebab mereka hanya memiliki data melalui riwayat pencarian serta riwayat transaksi.
Apa saja kelebihan hadirnya TikTok Shop bagi pengguna?
1. TikTok Shop merupakan market place yang dikandung pada platform media sosial, ada kemudahan bagi para pengguna untuk membeli setelah melihat video rekomendasi dari konten yang menempel dengan keranjang kuning, metode seperti ini dapat menarik minat terhadap konsumen. Sedangkan di e-commerce lain cenderung membuat pengguna fokus memilih dan membandingkan produk satu dengan lainnya.
2. Algoritma yang aktif, Tiktok bisa dengan mudah menghadirkan produk-produk dan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna melalui fitur For your page (FYP)
3. TikTok Shop sering dibanjiri oleh Kupon dan subsidi. Marketplace satu ini populer sebab harganya yang sangat miring dan bisa dianggap merusak harga pasar, kenapa demikian? sebab cara kerja TikTok Shop menjaring konsumen melalui live streaming yang memiliki batas waktu dan disana momentum banjir kupon seperti gratis ongkir tanpa tambahan biaya pelayanan dan pemberian subsidi terhadap barang dagangan dilakukan, komisi yang dikenakan pada penjualan juga bisa lebih rendah daripada marketplace lain atau bahkan tidak ada. Maka tidak heran para penjual bisa menjajakan barangnya lebih murah dibandingkan marketplace lainnya.
Tiga poin tersebut menyokong TikTok Shop populer terlebih lagi ada sistem affiliate yang mengkolaborasikan antara seller dari merchant dan pengguna TikTok sebagai program meningkatkan penjualan sekaligus menjadi lapangan pekerjaan sebab terdapat komisi kepada user TikTok yang telah membantu pengiklanan, program ini juga membuat pengguna TikTok semakin bersemangat melakukan live Streaming ataupun membuat konten dan menempelkan keranjang kuning pada kontennya.