Mohon tunggu...
Desi lestari
Desi lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik/Universitas Siliwangi

Jadilah orang yang benar sebab orang hebat belum tentu benar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

TikTok Shop Bakal Hilang: Baik atau Buruk dan Siapa yang Untung?

27 September 2023   01:35 Diperbarui: 27 September 2023   01:39 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berangkat dari revisi Permendag 50 Tahun 2020 pemerintah telah menyepakati melarang penggabungan sosial media dengan e-commerce, kesepakatan ini juga diarahkan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo dalam rapat terbatas pada senin (25/9). 

Salah satu poin yang telah disepakati tersebut disebabkan oleh banyak keluhan dari UMKM lokal yang merasa sangat disulitkan dalam bersaing di pasar, sebagai contohnya kita ambil dari keluahan pedagang di pasar tanah abang yang merasakan omzet menurun hingga 50% dari tahun biasanya, meskipun pengunjung ramai tapi pendapatan mereka cenderung menyusut. 

Fenomena tersebut disinyalir bukan para pedagang tidak menjajal peruntungan melalui live di platform digital, mereka juga turut bertransformasi untuk jualan secara online akan tetapi mereka mengeluhkan kalah saing dan tidak menghasilkan keuntungan seperti yang diharapkan, belum lagi serangan barang impor yang lebih murah pasti UMKM akan semakin terpelenting jauh dan tak sanggup bertahan pada persaingan harga pasar sebab manusia merupakan homo economicus, mereka akan memilih barang yang lebih murah dengan kualitas yang sama.

Alasan wacana pemerintah menutup TikTok Shop juga dikarenakan kekahwatiran monopoli pasar dengan algoritma dan penggunaan data pribadi untuk kepentingan bisnis, seperti yang disampaikan oleh menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan "Jadi harus dipisah sehingga algoritmanya itu tidak semua dikuasai dan ini mencegah penggunaan data pribadi untuk kepentingan bisnis." 

Lalu apa bedanya dengan e-commerce yang lain?

TikTok Shop dianggap memiliki data preferensi dari pengguna media sosialnya, termasuk data soal produk apa yang sedang tren di masyarakat. Data ini kemudian digunakan untuk mengarahkan konsumen ke produk-produk yang ada di social commerce, termasuk produk impor. Kelebihan ini yang tidak dimiliki e-commerce lainya sebab mereka hanya memiliki data melalui riwayat pencarian serta riwayat transaksi.

Apa saja kelebihan hadirnya TikTok Shop bagi pengguna?

1. TikTok Shop merupakan market place yang dikandung pada platform media sosial, ada kemudahan bagi para pengguna untuk membeli setelah melihat video rekomendasi dari konten yang menempel dengan keranjang kuning, metode seperti ini dapat menarik minat terhadap konsumen. Sedangkan di e-commerce lain cenderung membuat pengguna fokus memilih dan membandingkan produk satu dengan lainnya.

2. Algoritma yang aktif, Tiktok bisa dengan mudah menghadirkan produk-produk dan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna melalui fitur For your page (FYP)

3. TikTok Shop sering dibanjiri oleh Kupon dan subsidi. Marketplace satu ini populer sebab harganya yang sangat miring dan bisa dianggap merusak harga pasar, kenapa demikian? sebab cara kerja TikTok Shop menjaring konsumen melalui live streaming yang memiliki batas waktu dan disana momentum banjir kupon seperti gratis ongkir tanpa tambahan biaya pelayanan dan pemberian subsidi terhadap barang dagangan dilakukan, komisi yang dikenakan pada penjualan juga bisa lebih rendah daripada marketplace lain atau bahkan tidak ada. Maka tidak heran para penjual bisa menjajakan barangnya lebih murah dibandingkan marketplace lainnya.

Tiga poin tersebut menyokong TikTok Shop populer terlebih lagi ada sistem affiliate yang mengkolaborasikan antara seller dari merchant dan pengguna TikTok sebagai program meningkatkan penjualan sekaligus menjadi lapangan pekerjaan sebab terdapat komisi kepada user TikTok yang telah membantu pengiklanan, program ini juga membuat pengguna TikTok semakin bersemangat melakukan live Streaming ataupun membuat konten dan menempelkan keranjang kuning pada kontennya.

Apa Jadinya kalau TikTok Shop dihilangkan?

Pertama-tama pasti banyak pro dan kontra terkait kebijakan ini, yang paling keras menyuarakan sebagai tim kontra pastinya merupakan orang-orang yang sangat terbantu dengan adanya TikTok Shop, bisa dari kalangan affilliator maupun seller sebab TikTok Shop merupakan ladang basah bagi orang-orang yang dapat meraup keuntungan melalui TikTok Shop saat ini.

Kemudian, ada kemungkinan TikTok Shop kembali fokus sebagai media sosial yang menonjolkan konten berupa video. Apabila kemungkinan ini terjadi maka marketplace saingan TikTok Shop akan kembali meroket misalnya Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lainnya. 

Mengapa demikian? kita bisa melihat bahwa naiknya popularitas TikTok Shop membuat e-commerce lain menjadi ketar-ketir. Survei Populix menyatakan Tiktok Shop telah digunakan oleh 45% masyarakat di Indonesia yang pernah belanja online menggunakan media sosial, lebih tinggi dari platform milik keluarga besar Meta yakni WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%) dan Instagram Shop (10%). Data tersebut menjabarkan betapa luasnya pasar TikTok Shop.

Bagaimana jika aplikasi TikTok Shop terpisah dengan aplikasi TikTok sebagai media sosial? ada kemungkinan pemberlakuan seperti ini namun apabila pemisahan ini hanya sebagai simbol pelolosan kebijakan dan masih tetap mudah untuk berbelanja dengan sekali klik melalui konten yang beredar di media sosial TikTok maka semuanya tidak akan ada bedanya, kecuali TikTok sebagai media sosial benar-benar bersih dari tautan TikTok Shop yang menempel di konten yang lewat di FYP atau konten spesifik sebagai penunjang iklan hanya diperbolehkan pada aplikasi TikTok Shop dari sana akan ada kemungkinan perbedaan yang lebih terasa. 

Selain itu untuk penanganan barang impor, pemerintah bisa saja membuat regulasi seperti mereka menindak merebaknya barang impor yang ada di e-commerce sekitar tahun 2021 lalu sehingga e-commerce mau tidak mau menutup akses masuk beberapa jenis barang dari luar negeri.

Apakah UMKM lokal akan pulih ketika TikTok Shop dilarang?

kondisi UMKM offline sebelum ada TikTok Shop memang tengah sikut-menyikut dengan online shop sebab perbedaan pada kepraktisan pelayanan namun ketika TikTok Shop hadir tidak sedikit UMKM terbantu dan tidak sedikit juga merasa semakin tercekik sebab UMKM harus extra berjuang dalam persaingan harga pasar dan menjual barang atau jasa yang mereka miliki. 

Saat ini kita mengalami kesulitan jika memaksakan pasar tradisional berada di hirarki yang tinggi dalam sistem pasar sebab globalisasi dan kemajuan teknologi digital tidak pernah berhenti menggempur kovensional dengan inovasi teknologi yang berjalan otomatis. 

Ini menjadi PR besar bagaimana pemerintah mengkontrol pasar online maupun offline berjalan dengan seimbang sebab tidak semua UMKM dapat melakukan marketing secara digital dan ini menjadi tugas besar juga bagi rakyat Indonesia untuk lebih cinta untuk menjadi pengguna produk lokal dibanding menjadi pengguna produk luar negri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun